Kamis, 12 Desember 2013

        Pagi itu sangat mendung, langit di kota DKI Jakarta berubah menjadi gelap. Kakinya yang mungil mulai melangkah keluar menuju gerbang sekolah. Tubuhnya menggigil dan bibirnya terlihat pucat. Setengah perjalanan menuju rumah, tiba-tiba hujan deras pun turun membasahi tubuh Bella. Bella berusaha bertahan di salah satu halte biasa tempat ia menunggu bis datang. Tak ada satu orang pun yang tampak disana, Bella pun mulai tak tenang. Beberapa menit kemudian ada seorang pemuda yang berparas tampan datang. Bella mulai resah dan menoleh ke arah pemuda tampan itu. Tanpa tersadari oleh Bella, tiba-tiba pemuda tampan itu menyapanya dengan tenang.
      “Selamat Sore Mbak! Ada yang salah dengan penampilan saya?” Tanya pemuda tampan itu.
       Bella hanya mengeleng-gelengkan kepalanya kebingungan dengan pertanyaan aneh yang diajukan oleh pemuda tampan itu.
       “Loh, Mbak kenapa diam, ada yang aneh dengan saya?” Mengulangi pertanyaan sebelumnya.
      “Eh, iya maaf mas! Tak ada yang salah dengan penampilan anda.” Jawab bella dengan malu.
      Beberapa jam telah berlalu, hujan pun turun semakin deras, yang tampak terlihat hanya Bella dan pemuda tampan itu. Tak ada percakapan yang serius, hanya terlihat saling memandang teka-teki satu sama lain.
     “Mau pulang Mbak!” Tanya pemuda tampan yang memecahkan keheningan.
     “Iya Mas, Mas juga ya, ke arah mana?” Jawab Bella dengan tenang.
     “Iya Mbak, Saya ke arah Lebak Bulus, kalau Mbak sendiri?” Jawab pemuda itu.
     “Oh gitu, Kalo saya ke arah Depok Mas, wah berarti kita tak searah ya Mas.” Jawab bella sambi tertawa kecil.
     “Hehehe....  Eh iya Mbak saya duluan ya.” Jawab pemuda tampan itu.
     “Hati-hati ya Mas.”Sahut Bella.
     “Sama-sama... semoga berjumpa lagi.” Sambung pemuda itu dengan senyuman.
Setelah bis yang ditumpangi oleh pemuda itu datang dan pemuda tersebut pergi, yang terlihat hanya Bella yang setia menunggu bis jurusan Depok. Setelah 4 jam berlalu akhirnya bis yang ditunggu Bella pun datang. dan Bella pun langsung bergegas masuk ke dalam  bis yang ditumpanginya.
*****
        Keesokan harinya, Pagi-pagi Bella rapi dengan pakaian sekolahnya, ia sudah siap berangkat ke sekolah, namun ada yang berbeda dengan Bella, Bella membawa si putih kesayangannya. Si putih adalah matic kesayangan Bella yang dibelikan oleh ayahnya sebagai hadiah prestasi yang diperoleh di sekolahnya. Dan Bella pun berangkat sekolah dengan semanagtnya.
     Ngeeeeeenggggggg.......................!!!!!!!   
      Dari kejahuan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Bella segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat merayap, sehinnga lampu merah biasanya cukup lama menyala. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti menjadi warna kuning. Hati bella berubah menjadi resah dan berdebar-debar sangat kuat  berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Bella bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja.
     “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak.” Pikirnya terus melaju.
     Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitt...!!!!!!!
     Di seberang jalan seorang polisi muda tampan melambaikan tangan memintanya berhenti. Bella menepikan dalam hati. “Dari kaca spion ia melihat pemuda tampan seperti mengingat kembali wajah itu, baginya tak terlalu asing, tapi dimana ia pernah bertemu?” Gumam Bella.
     Mendadak kaki Bella mengerem maticnya, ia melihat banyak polisi lalu lintas berbaris di depan yang sedang bertugas. Jantungnya berdegup kencang, tidak mungkin ia mundur atau memutar arah balik.
    “Mati deh gue ada pemeriksaan.” Gumamnya dalam hati saat polisi muda menyetopi motornya dan memberi hormat di sampingnya.
    “Selamat Siang Mbak! Mohon maaf mengganggu kenyamanan perjalanan Anda. Bisa tunjukkan kelengkapan surat-suratnya?” polisi muda berparas tampan itu tersenyum melihat wajah cantik Bella.
   “Bertahun-tahun saya lewat sini tumben hari ini ada pemeriksaan.” Ujar Bella mengeluh. Ia memperhatikan polisi muda tampan yang sekarang berada di hadapannya.
  “Kamu Pemuda yang kemarin sore menunggu bis itu kan? Sekarang ketemu lagi, kamu mau tilang saya? Ya ampun kamu bener-bener bawa bencana! Gue telat nih ke Sekolahnya!” Ucap Bella bernada keras.
 “Maaf, kalau mau kenalan atau lebih dekat dengan saya nanti setelah jam kerja. Sekarang tunjukkan surat-suratnya!”Minta Polisi muda tampan itu sambil tersenyum menggoda Bella.
     Bella mengeluarkan semua surat-surat kecuali SIM karena ia belum punya.
    “Mbak kalau tidak punya SIM jangan mengemudi, ini sangat berbahaya!” Ucap polisi muda tampan itu.
Bella tidak berkomentar karena ia salah tidak menaati peraturan lalu lintas, akan tetapi satu hal yang ia tidak habis pikir, mengapa harus polisi tampan itu yang menilangnya?.
*****
     Hari demi hari berlalu tidak membuat Bella jera karena sering ditilang. Ia dengansesuka hati tanpa menaati peraturan lalu lintas yang ada. Akhir-akhir ini  ada sesuatu yang berbeda, ia selalu memikirkan polisi tampan itu. Hampir tiga bulan ia tidak terkena tilang.
     Bella melihat ke kaca spion motor maticnya. Seorang polisi berlari megejarnya. “Oiya! Lupa pakai helm.” Teriak Bella sambil memegang kepalanya dengan tangan kiri. Ia langsung mempercepat laju motornya.
      “Aneh, hari ini polisinya lain yang mau tilang gue.” Pikir Bella.
      “Gubraaaaak.... “bunyi seseorang yang jatuh dan bersimpah darah di depan motornya.  
       Bella langsung mematikan mesin motornya dan melihat sosok yang baru saja ia tabrak. Ia mengambil dompet pria itu untuk melihat identitasnya. “Muhammad Hasan!” teriak Bella mengetahui orang yang ia tabrak adalah polisi tampan yang ia temui kemarin di halte. Orang-orang yang melihatnya langsung membantu Bella membawa Hasan ke rumah sakit terdekat.
        Ia menangis dan penuh penyesalan, kini orang yang ia suka terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Andai saja ia mendengarkan nasihatmu Hasan untuk menaati peraturan lalu lintas pasti semua ini tidak akan pernah terjadi.
        “Hasan.. .bangun, buka matamu!” Aku janji akan mendengarkan semua nasihatmu. Aaaaaku....aku..aku..suka sama kamu Hasan.” Air mata Bella terus menetes di pipi Hasan.
         Air  mata itu membangunkan Hasan yang sempat tidak sadarkan diri. Hasan tidak menyangka kalau Bella yang ia tau cuek diam-diam menaru hati dengannya.
       “Kalau tadi yang kamu katakan benar, aku rela ditabrak berkali-kali.”Ucap Hasan menatap Bella.
       “Aku janji akan menaati peraturan lalu lintas mas Hasan polisi lalu lintasyang baik dan tampan.”Ucap Bella penuh kebahagian.
       “Maaf Mbak, kena tilang!” Ujar Hasan sambil mengeluarkan kartu berbentuk hati.
       “Memangnya aku melanggar peraturan yang mana?”Tanya Hasan heran.
       “Mbak ditilang karena melanggar peraturan sudah mencintai saya.” Jawab Hasan sambil menggoda Bella.
       Mereka berdua tertawa lepas di keheningan suasana rumah sakit. Setiap kejadian sesulit apapun pasti dibalik itu semuanya mempunyai hikmah dan kebaikannya masing-masing.


-THEEND-

Sabtu, 23 November 2013

TOKOH-TOKOH ANALISIS DALAM PSIKOLOGI SASTRA

Teori Kepribadian Yang Memakai Cara Pendekatan Lain Beserta Tokoh-Tokoh Psikologi Sastra


1.     Psikologi Analisis Teori Sigmund Freud (1856-1939)
Teori kepribadian Freud dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian.
A.  Struktur Kepribadian
     Menurut Freud, kepribadian itu terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1)  Das Es (the id), yaitu aspek biologis,
2)  Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis,
3)  Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.
     Kendatipun ke tiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, prinsip kerja, sifat, dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.
1)  Das Es
Das atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek yang orisinal. Dari aspek inilah kedua aspek yang lain diasalkan. Das Es berfungsi dengan berpegang kepada prinsip “kenikmatan” (lustprinzip pleasure principle), yaitu mencari keenakan dan menghindarkan diri dari ketidakenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan itu Das Es mempunyai dua macam cara, yaitu:
a)     Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bensin, berkedip, dan sebagainya.
b)     Proses primer, seperti kalau orang lapar lalu membayangkan makanan.
Akan tetapi jelas kiranya bahwa cara ada yang demikian itu tidak mungkin dipertahankan orang yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makan. Karena itulah dengan sendirinya dibutuhkan adanya aspek lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif. Aspek ini ialah Das Ich.
2.  Das Ich
Das Ich atau aspek psikologis dari kepribadian ini timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis. Di dalam berfungsinya Das Ich itu berpegang kepada prinsip “realistas” (realitatsprinzip reality principle). Tujuannya masih dalam garis kepentingan organisme, yaitu mendapatkan keenakan dan menghindarkan diri dari ketidak enakan, tetapi dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan kondisi-kondisi dunia rill sesuai dengan kenyataan. Baik itu kenyataan benda-benda maupun kenyataan nilai –nilai sosial.

3.  Das Ueber Ich
Das ueber ich atau aspek sosiologis dari kepribadian ini merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita mesyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan (dimasukkan) dengan berbagai perintah  dan larangan. Das ueber ich lebih merupakan hal yang “ideal” daripada hal yang “rill”, lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan. Karena itu das ueber ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian. Fungsinya yang terutama ialah menentukan apakah sesuatu susila atau tidak susila, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan dengan dan dengan berpedoman ini pribadi dapat bertindak dalam cara yang sesuai dengna moral masyarakat. Berfungsinya Das Ueber Ich itu dapat kita lihat dalam berhubungan dengan ketiga aspek daripada kepribadian itu, yaitu:
a)     Merintangi impuls-impuls Das Es, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
b)     Mendorong Das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis.
c)  Mengejar kesempurnaan.




B.  Dinamika Kepribadian
     Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh adanya energi yang ada di dalam kepribadian itu. Energi ini yang dinamakannya energi psikis, diasalkan dari energi fisiologis di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat dimisalkan sebagai reservoir energi psikis. Perkembangan Kepribadian Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku. Psikologis manusia Sigmund Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga "psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama "psikologi analitis"(Analitycal psychology) dan"psikologi individual" (Individual sychology) bagi ajaran masing-masing.  

C. Karya-Karya Sigmund Freud
Sigmund Freud disamping menjadi seorang psikolog juga mempunyai kelebihan lain yaitu dalam bidang sastra. Gaya bahasa Sigmund Freud yang bermutu tinggi telah diketahui semenjak ia masih duduk di bangku sekolah. Pada tahun 1930 Sigmund Freud pernah menjadi orang keempat penerima hadiah Goethe dibidang kesusastraan yang diberikan di kota Frankfrut. Dalam kumpulan karya-karya Sigmund Freud terdapat lebih banyak rujukan terhadap Goethe dan Shakespeare dari pada terhadap tulisan ahli jiwa manapun. Sigmund Freud menganggap dirinya sebagai seorang ilmuwan dan tentu saja bukan sebagai seorang filosof dalam pengertian teknis. Dia tidak tertarik pada bidang filsafat meskipun dia pernah menerjemahkan buku-buku karya John Stuarth Mill. Sedangkan sifat Sigmund Freud yang pemalu sangat mempengaruhi penulisan otografinya yang hampir seluruhnya terarah pada perkembangan psikoanalisa dan hampir tidak menceritakan tentang kehidupan pribadinya. Pada tahun 1885 M.  Ia menulis surat kepada tunangannya dan menyatakan bahwa selama empat belas tahun terakhir, Sigmund Freud menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk menyelidiki rahasia pribadi orang lain yang ingin disembunyikan Sigmund Freud sendiri sangat enggan mengungkapkan rahasia pribadinya kepada orang lain. Sebagai seorang ilmuan Sigmund Freud tidak kalah cakapnya dengan ilmuan-ilmuan lain, dimana Sigmund Freud juga memiliki karya tulis yang banyak sekali.

Secara garis besar karya-karya Sigmund Freud dapat diklasifikasikan kedalam tiga periode:
1.  Periode pertama (1895 – 1905)
Periode pertama merupakan terbentuknya teori psikoanalisa. Penemuan Sigmund Freud yang paling fundamental adalah peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia, karena pada waktu itu psikis disamakan begitu saja dengan kesadaran. Untuk yang pertama kali dalam sejarah psikis Sigmund Freud menjelaskan bahwa hidup psikis manusia sebagian besar berlangsung pada taraf tidak sadar. Dalam karyanya yang diterbitkan selama periode ini, penemuan-penemuan yang fundamental ini dilukiskan dari berbagai segi dan dalam karya-karyanya tersebut, Sigmund Freud menerangkan tentang semua unsur hakiki psikianalisa yang telah di rumuskan. Buku yang pertama yang telah ditulis Sigmund Freud dalam kerja sama dengan dokter Josep Breuer: “Studi-Studi Tentang Histeri” (1895), merupakan laporan tentang permulaan penemuan Sigmund Freud.
yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya. Sedangkan dalam superego yang bersifat ideal, Freud membaginya kedalam dua kumpulan yaitu suara hati (cansience) dan ego ideal. Kata hati didapat melalui hukuman oleh orang tua, sedangkan ego ideal dipelajari melalui penggunaan penghargaan. Superego dapat obyektif dan lingkungan proses rohaniah yang lebih tinggi maka superego dapat dianggap sebagai hasil sosialisasi dengan adat tradisi kebudayaan. Superego dalam peranannya sebagai penguasa dari dalam dirinya kemudian mengambil
tindakan serangan terhadap ego. Setiap kali ego mengandung pikiran untuk memusuhi atau membrontak terhadap seorang yang berkuasa di luar. Oleh karena itu ego merupakan agen dari penghidupan superego dengan jalan berusaha untuk menghancurkan ego mempunyai tujuan yang sama dengan keinginan mati yang semula dalam ide. Itulah sebabnya maka superego dikatakan menjadi agen dari naluri-naluri kematian.Salah satu msalah yang bayak dibicarakan oleh para ahli ialah jumlah dan macam-macamnya instink. Untuk menyebutkan beberapa macam saja misalnya James mengemukakan 32 macam instink, Mc Dougall mengemukakan 14 dan kemudian 18 macam instink, Thorndike mengemukakan 40 macam atau lebih, Angel mengemukakan 16 macam. Freud tidak berusaha memberikan jumlah serta macam-macamnya instink itu sebab dia beranggapan bahwa keadaan tubuh tempat bergantungnya instink itu tidak cukup dikenal. Mengenal keadaan tubuh bukanlah tugas ahli psikologi, melainkan tugas ahli fisiologi. Walaupun demikian menerima bahwa bermacam-macam instink itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam (lebih tepatnya dua kelompok) insting-insting, yaitu:
1)    Insting-isnting hidup, dan
2)    Insting-insting mati.
1)  Insting-insting hidup
Fungsi insting-insting hidup ialah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama daripada insting-isnting hidup ini ialah insting-insting makan, minum, seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai oleh insting-insting hidup ini disebut “libido”. Walaupun freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang diutamakan adalah insting seksual (terutama pada masa-masa permulaan teorinya, sampai kira-kira tahun 1920).

2)    Insting-insting mati
Insting-insting mati ini yang disebut juga insting-insting merusak, (destruktif) brefungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan daripada insting mati ini ialah dorongan agresif.
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh Das Es, Das Ich, dan Das Ueber Ich. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas, maka akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga dalam hal menggunakan energi psikis itu. Menjadi lebih kuatnya psikis, dengan sendirinya (otomatis) berarti menjadi lebih lemahnya aspek-aspek yang lain lagi.
Pada mulanya hanya Das Eslah yang memiliki semua energi psikis itu. Tetapi karena dia sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dia memberikan sebagian dari energinya kepada kedua aspek yang lain yang juga akan mempergunakannya untuk kepentingan organisme itu sendiri hanya cara dan bentuknya yang berbeda.
Mana di antara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi psikis itu juga berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh orang.
a)  Apabila Das Es menguasai sebagian besar dari energi psikis itu maka tindakan-tindakannya akan bersifat primitif, impulsif, agresif. Dia akan mengumbar dorongan-dorongan primitifnya.
b)  Apabila Das Ich yang menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistis dan rasional-logis. Pikiran rasional-logis di sini memegang peranan terpenting.
c)  Apabila yang menguasai sebagaian besar energi psikis itu Das Ueber Ich, maka orang akan mengejar hal-hal yang moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna, yang kadang-kadang kurang rasional.


d)  Perkembangan Kepribadian
     Secara sederhanya dapat dikatakan, bahwa perkembangan kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok ialah (1) proses pertumbuhan fisiologis,  (2) frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.
Karena orang menghadapi salah satu atau lebih daripada sumber tegangan itu, maka timbullah rasa tidak enak, tidak aman di dalam dirinya jadi timbul tegangan. Individu tidak akan tinggal diam dalam keadaan yang tidak enak atau tidak aman itu (karena psrinsipnya adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan), maka dia akan berusaha mendapatkan cara-cara tertentu untuk mengurangi atau menghilangkan tegangan yang menimbulkan rasa tak enak itu. Apabila dia telah mendapatkan cara itu, maka dia telah belajar dia telah lebih maju lagi dengan kata lain dia telah lebih berkembang
Adapun cara yang paling pokok yang dipergunakan individu untuk mereduksikan tegangan itu ialah identifikasi dan pemindahan objek . identifikasi di sini dapat diberi arti sebagai metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian daripada kepribadiannya. Di dalam menghadapi hal yang menimbulkan tegangan atau rasa tidak enak seringkali individu belajar bahwa dia dapat mengurangi atau menghilangkan rasa tidak enak itu dengan cara bertingkah laku seperti orang lain (seperti ayahnya, seperti ibunya, seperti gurunya, dan sebagainya). Berbuat dalam cara seperti orang lain inilah identifikasi. Anak mula-mula mengidentifikasikan diri dengan orang tua karena memandang orang tua adalah omnipotent, serba dapat. Selanjutnya makin bertambah umur anak maka objek identifikasi itu berubah-ubah dan bertambah. Dalam pada itu perlu dicatat, bahwa dalam identifikasinya, melainkan dia hanya akan mengambil aspek-aspek yang dapat membantunya mengurangi tegangan saja.
            Tentang pemindahan atau penggantian objek itu soalnya adalah begini. Kalau telah timbul sesuatu kebutuhan atau dorongan maka tegangan yang ada dalam diri orang hanya dapat dihilangkan atau dikurangi kalau dia telah mendapatkan apa yang dibutuhkannya itu. Dalam banyak hal, orang karena berbagai alasan tidak dapat memenuhi apa yang diinginkannya itu. Karena itu dia harus belajar mengganti objek yang diinginkannya itu dengan objek yang lain supaya tegangan yang timbul dalam dirinya itu dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Inilah yang disebut pemindahan objek yang sangat terkenal adalah sublimasi yaitu, pemindahan objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
            Kecuali identifikasi dan pemindahan objek itu, di dalam perkembangan individu sering pula terbentuk berbagai macam mekanisme pertahanan, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku yang demi keamanan Das Icb supaya jangan sampai ada rasa tidak enak atau tegangan, bagitu saja (mekanis) dilakukan. Beberapa bentuk mekanisme pertahanan itu, yang populer, antara lain ialah:
1)  Proyeksi
2)  Fiksasi
3)  Regresi
4)  Isolasi
5)  Rasionalisasi
6)  Transkulpasi
(1)  Proyeksi
Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanis) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada sendiri pada objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain atau sifat-sifat benda di luar dirinya. Misalnya seseorang yang membenci orang lain, menghayati seolah-olah orang lain itulah yang benci kepadanya (karena membenci orang lain itu bertentangan dengan norma masyarakat).

(2)  Fiksasi
Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkannya, karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak. Misalnya seorang pemuda takut kawin, karena takut kehilangan kasih sayang seorang ibunya.
(3)  Regresi
Regresi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya karena menghadapi situasi yang baginya mengandung bahaya. Misalnya seorang anak yang tadinya sudah tidak “ngompol”, ketika adiknya lahir dia lalu “ngompol” lagi.
(4)  Isolasi
Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting. Misalnya seseorang yang sukar belajar statistika, menganggap bahwa statistika itu sebenarnya tidak penting.
(5)  Rasionalisasi
            Rasionalisasi adalah memberikan alasan yang rasional kepada suatu kejadian, sehingga kejadian yang jika sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidakenakan. Jadinya timbul ketidakenakan itu. Misalnya saja seorang murid yang datang terlambat karena terhalang kereta api yang sedang lewat segera mengatakan kepada gurunya sesampainya dia di dalam kelas bahwa dia terlambat karena terhalang oleh kereta api. Dan dengan perbuatannya itu dia merasa  aman.
(6)  Transkulpasi
            Transkulpasi adalah mengakmbinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri sebenarnya yang membuat kesalahan. Misalnya seorang mahasiswa menempuh ujian secara laisan, dan dia tidak lulus. Sesampainya disampaikannya kepada teman-temannya ialah bagaimana si dosen memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sepantasnya tidak diberikan kepadanya.
2.  Psikologi Analitis, Teori Carl gustav Jung (1875)
        Jung mula-mula adalah murid freud dan bekerja sama dengan freud. Dikenal mengembangkan Analytical Psychology.  jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras. Tetapi karena perbedaan-perbedaan pendirian, akhirnya memisahkan diri dan mendirikan aliran sendiri yang diberinya nama Psikologi Analitis. Dia tidak berbicara tentang kepribadian tetapi berbicara tentang psike. Adapun yang dimaksud dengan psike oleh jung ialah segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi psike dapat kita artikan kepribadian. Menurut jung kepribadian itu terdiri dari dua alam yaitu:
a)  Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan
b)  Alam tak sadar (ketidaksadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam yaitu dunia batin sendiri.
A.  Dinamika kepribadian
 Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 diKusnach, Swiss. Ia lulus dari Fakultas kedokteran Universitas Basle pada tahun 1900. Pada tahun1923 ia berhenti menjadi dosen untuk mengkhususkan dirinya dalam riset-riset. Sejak 1906 iamulai tulis menulis surat kepada Sigmund Freud yang baru dijumpainya pertama kali setahun kemudian yakni tahun 1907. Pertemuan yang terjadi di Wina tersebut sangat mengesankankedua belah pihak, sehingga terjadi tali persahabatan antara mereka. Freud begitu menaruh kepercayaan kepada Jung, sehingga Jung dianggap sebagai orang yang patut menggantikanFreud di kemudian hari.Carl Gustav Jung adalah murid Sigmund Freud. Freud adalah adalah penggagas psikoanalisa yangmerupakan seorang Jerman keturunan Yahudi. Ia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1865 di Freiberg,dan pada masa bangkitnya Hitler ia harus melarikan diri ke Inggris dan meninggal di London padatanggal 23 September 1939. Meskipun mengambil beberapa pendapat gurunya, ia tidak sepenuhnya sependapat denganFreud, terutama karena gurunya tersebut terlalu menekankan pada seksualitas dan berorientasi terhadap materialistis dan biologis di dalam menjelaskan teoriteorinya

B.  Struktur Kesadaran
Menurut Jung,  Psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Struktur  psyche menurut Jung terdiri dari:
1.  Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaansadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan kontinyuita sseseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki dan ditampilkansecara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yangmembuat ia sadar pada dirinya.

2.   Personal Unconscious
Struktur  psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengancara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah juga disimpan kedalam  personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam  personal unconscious dapatdilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yangkuat dan lebih berkuasa. Kompleks adalah kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran daningatan-ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, semakinkuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadiandengan kompleks tertentu akan didominasi oleh ide, perasaan dan persepsi yang dikandung olehkompleks itu.

3.  Collective Unconscious
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yangtidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious terdiri daribeberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yangditurunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran yangberkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang dianut oleh generasi terentu secara hampirmenyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya. Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah dari kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistem sendiri.
Empat archetype yang penting dalam membentuk kepribadianseseorang adalah :
a.  Personal
Merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypal sendiri

b.  Anima & Animus
Merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadapsifat bisexual manusia. Anima Adalah archetype sifat kewanitaan / feminine pada laki-laki,sedangkan Animus Adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan
c.   Shadow
Adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusiadalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.

d.  Self
Secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologisdidefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadianterkonstelasi disekitarnya. Self  membimbing manusia kearah self-actualization, merupakantujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.
Kesadaran mempunyai komponen pokok, yaitu fungsi  jiwa dan sikap jiwa, yang keduanya mempunyai perannya masing-masing dalam orientasi manusia terhadap dunianya.
1)  Fungsi jiwa
Jung mengemukakan adanya empat macam fungsi jiwa, yang dua rasional yaitu pikiran dan  perasaan sedang yang dua lagi irrasional yaitu pendirian dan intuisi. Dalam berfungsinya fungsi-fungsi yang rasional bekerja dengan penilaian. Pikiran melihat segala sesuatu menurut kriteria benar atau salah sedangkan melihat segala sesuatu berdasar kriteria menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kedua fungsi yang irrasional di dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian melainkan hanya semata-mata mendapat pengamatan, pendirian mendapatkan pengamatan dengan sadar indriah sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar naluriah. Hal yang telah dikemukakan itu secara bagan dapat digambarkan seperti tabel berikut ini.
            Pada dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, akan tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan). Fungsi yang dominan itu merupakan fungsi superior, dan menentukan tipe orang-orangnya. Jadi berdasarkan atas dominasi fungsi jiwa itu menurut jung ada empat macam tipe manusia yaitu:
a)    Tipe pemikir
b)    Tipe perasa
c)    Tipe pendria
d)    Tipe intuitif
Fungsi jiwa
Sifatnya
Cara bekerjanya
Pikiran
Perasaan
Pendirian
Intuisi
Rasional
Rasional
Irrasional
Irrasional
Dengan penilaian: benar-salah
Dengan penilaian: senang tak senang
Tanpa penilaian: sadar indriah
Tanpa penilaian: tak sadar naluriah

2)  Sikap jiwa
     Sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis atau libido, yang menjelma dalam orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas psikis itu dapat ke luar atau ke dalam dan demikian pula arah orientasi manusia dapat ke luar ataupun ke dalam. Apabila orientasi terhadap segala suatu itu sedemikian rupa sehingga keputusan-keputusan dan tindakan-tindakannya tidak dikuasai oleh pendapat-pendapat subjektifnya melainkan temukan oleh faktor-faktor obejektif, faktor-faktor luar maka orang yang demikian itu dikatakan mempunyai orientasi ekstravers. Dan apabila orientasi terhadap segala suatu ini sedemikian rupa sehingga keputusan-keputusan dan tindakan-tindakannya tidak dikuasai oleh pendapat-pendapat subjektifnya melainkan temukan oleh faktor-faktor objektif, faktor-faktor luar maka orang yang demikian itu dikatakan mempunyai orientasi ekstravers. Dan apabila orientasi ini menjadi kebiasaan maka orangnya dikatakan bertipe ekstravers.
     Sebaliknya ada orang yang mempunyai orientasi dan tipe introvers. Yaitu kalau dalam menghadapi segala sesuatu faktor-faktor yang terutama berpengaruh adalah faktor-faktor subjektif, yaitub faktor-faktor yang berasal dari dunia batin sendiri.
Jadi berdasarkan atas sikap jiwa ini, Jung membedakan manusia menjadi dua tipe, yaitu:
a)  Tipe ekstravers, dan
b)  Tipe introvers
Baik fungsi jiwa maupun sikap jiwa adalah keadaan kesadaran manusia. Jadi kalau didasarkan atas kedua komponen kesadaran itu, maka kita dapatkan adanya 4 x 2 = 8 tipe. Tipe-tipe tersebut secara garis besarnya adalah seperti yang terlihat pada tabel di halaman berikut ini.
Sikap jiwa
Fungsi jiwa
Tipe
ketidaksadarannya
Ekstravers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir ekstravers
Perasaan ekstravers
Pendria ekstravers
Intuitif ekstravers
Perasaan intravers
Pemikir introvers
Intuitif introvers
Pendria intravers
Introvers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir introvers
Perasaan introvers
Pendria introvers
Intuitif intovers
Perasaan ekstravers
Pemikir ekstravers
Intuitif ekstravers
Pendria ekstravers

3)  Personal
     Kedua hal yang telah dibicarakan itu, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa. Jung mengemukakan pengertian lain untuk membahas masalah kesadaran itu yaitu persona. Apa yang dimaksud dengan persona oleh jung ialah cara seseorang dengan sadar menampakan diri ke luar. Bagaimana dia menunjukkan dirinya kepada sesama manusia sebgaimana terjelma dalam sikap, tingkah laku dan perbuatannya. Persona ini dapat benar-benar sesuai dengan keadaan pribadi yang sebenarnya tetapi dapat juga merupakan semacam topeng di mana si pribadi itu menyembunyikan kelemahan-kelemahannya.
     Misalnya seorang pembesar yang sebenarnya tidak cakap ke mana-mana dia berlagak “sok pembesar”, seorang seniman yang kurang berhasil ke mana-mana berlagak “sok seniman”, dan sebagainya.

Struktur ketidaksadaran
Ketidaksadaraan ini terdiri dari dua alam atau bagian lagi, yaitu:
1)  Ketidaksadraan pribadi, dan
2)  Ketidaksadaran kolektif.

1)  Ketidaksadaran pribadi,
     yaitu bagian daripada alam ketidaksadaran yang diperoleh oleh individu selama sejarah hidupnya, pengalaman pribadi. Hal yang tergolong pada daerah ketidaksadran pribadi ini misalnya isi-isi ingatan, hal-hal yang tertekan. Pokoknya segala sesuatu yang pernah dialami oelh individu yang bersangkutan.

2)  Ketidaksadaran kolektif
     Adalah bagian daripada ketidaksadraan itu yang diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya yaitu hal-hal yang diperoleh manusia (sebagai jenis) di dalam perkembangannya.
Ketidaksadaraan harus dikembangkan dan dipahami
Jung berpendapat bahwa ketidaksadraan itu kerapkali tidak dimengerti oleh orangnya sendiri. Dan hal ini dapat menjadi sumber ketidaktenangan. Hal-hal yang tidak disadari itu menuntut kompensasi dan hal ini membawa kegoncangan batin. Kecuali itu kalau orang makin mengenal ketidaksadarannya sendiri, dia akan lebih dapat menerima dirinya menurut keadaannya yang sewajarnya dan ini kerapkali merupakan modal untuk dapat lebih menerima orang lain.


3. Psikologi Analisis Teori Alfred Adler (1870-1937)
 Seperti jung, adler mula-mula juga murid freud tetapi yang kemudian karena perbedaan-perbedaan pendapat memisahkan diri dan mendirikan aliran tersendiri. Teori adler ini dapat kita pahami lewat pengertian-pengertian pokok yang dipergunakannya untuk membahas kepribadian. Adapun pengertian-pengertian pokok tersebut adalah seperti yang dikemukakan berikut ini.

a.  Individualitas Sebagai Pokok Persoalan
        Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia. Tiap orang adalah konfigurasi sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas tiap tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang membawakan corak khas gaya hidupnya yang bersifat individual.
b.  Pandangan Teologis
       Adler sangat terpengaruh oleh “filsafat seakan-akan” yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob Vaihinger mengemukakan bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semua, tidak ada kenyataanatau pasangannya di dalam dunia realitas. Gambaran-gambaran semua yang demikian itu misalnya: “semua manusiaditakdirkan sama”, “kejujuran poltik yang paling baik”, “tujuan mengesahkan alat”, dan sebagainya. Gambaran-gambaran semua itu adalah penuntut manusia dalam menghadapi realitas yang kalau kegunaannya telah habis dapat dibuang.
       Terpengaruh oleh pikiran yang terdapat dalam pendapat vaihinger tersebut, adler berpendapat bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-harapannya mengenai masa depan daripada pengalaman-pengalamannya di masa lampau. Tujuan itulah yang memberi alasan kepada segala aktivitas manusia dan tidak terletak di masa depan sebagai bagian daripada suatu rancangan teleologis, melainkan ada di dalam diri orang yang bersangkutan (ada cara subjektif) pada waktu-waktu ini. karena tujuan itu yang memberi alasan kepada segala tingkah laku manusia, maka untuk dapat memahami tingkah laku manusia yang sangat perlu ialah memahami tujuannya. Tujuan yang ingin dikejar itu mungkin hanya merupakan suatu fiksi kendatipun demikian merupakan pelecut yang menggerakan segala usaha dan tingkah lakunya.
c.   Dua Dorongan Pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua macam dorongan pokok yang mendorong dan melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu:
1)  Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada masyarakat.

2)  Dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.
Kedua dorongan itu pada dasarnya telah ada sejak anak lahir tetapi perkembangannya tergantung kepada keadaan di mana anak itu hidup dan dibesarkan.
1)  Mula-mula, manusia itu didorong oleh dorongan keakuan, yaitu dorongan untuk mengejar kekuasaan dan kekuatan untuk mencapai konpensasi bagi rasa rendah dirinya.
2)  Selanjutnya manusia didorong oleh dorongan kemasyarakatan yang menyebabkan dia menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan umum.

d.  Rasa Rendah Diri dan Konpensasi
     Apabila orang gagal dalam mengejar sesuatu maksud atau memiliki jasmani yang kurang sempurna maka timbullah perasaan tidak enak pada dirinya karena dirinya merasa tidak atau kurang berharga untuk dapat mencapai tujuan itu atau untuk dibandingkan dengan sesamanya. Perasaan yang demikian itu secara teknis disebut rasa rendah diri. Orang mendapatkan pengalaman yang demikian itu yaitu yang mengalami rasa rendah diri tidak akan tinggal diam. Dia akan berusaha meniadakan perasaan tersebut dengan menebus atau mencari pemulih. Penebus atau pemulih atulah yang disebut konpensasi. Jadi kompensasi itu adalah akibat yang wajar (yang seharusnya) daripada rasa rendah diri.
Arti individual Psychologie
        Individual psychologie mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia. Aliran ini tidak mementingkan perumusan-perumusan yang teliiti, melainkan lebih mementingkan penyusunan petunjuk-petunjuk praktis untuk memahami sesama manusia. Karena itu justru di dalam lapangan pendidikan pengaruh aliran ini besar, karena petunjuk-petunjuk itu sangat berguna di dalam praktik pendidikan.
1.  Aliran ini menghendaki ditentukan tujuan-tujuan yang susila, seperti:
a)  Keharusan memikul tanggung jawab
b)  Keharusan menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c)  Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyrakatan
d)  Menyelami diri sendiri dan membuka kecendrungan-kecendrungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.
2.  Optimisme dalam bidang pendidikan
     Mengenai pengaruh pendidikan aliran ini berpandangan optimistis. Kepribadian terutama diberi bentuk oleh pendidikan.
4.  Psikologi Analisis Tokoh Psikologi Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen - komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme Wundt. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis aktivitas manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.
Sejarah dan latar belakang psikologi gestalt
Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya mengembangkan alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt. Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni aktivitas mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan. Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model wundtian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan tersebut hijrah ke Amerika.
Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika. Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di Jerman. Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang melalui periode fungsionalisme dan pada tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi gestalt tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan di Amerika.
Tokoh dan pemikiran Psikologi Gestalt
·      Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dnegan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya: phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).
Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
·      Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan psikologis seseorang. Lewin lahir di Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi tahun 1914. Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Koehler dan mengambil konsep psychological field juga dari Gestalt. Pada saat Hitler berkuasa Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di Amerika Serikat. Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director of the Research Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun. Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi adlaah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahamis ebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju untuk meredakan ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan. Apabila individu menghadapi suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut bagi si individu akan menentukan gerakan individu. Pada umumnnya individu akan mendekati obyek yang bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif. Dalam usahanya mendekati obyek bervalensi positif, sangat mungkin ada hambatan. Hambatan ini mungkin sekali menjadi obyek yang bervalensi negatif bagi individu. Arah individu mendekati/menjauhi tujuan disebut vektor. Vektor juga memiliki kekuatan dan titik awal berangkat. Dengan konsep vektor, daya, dan valensi ini Lewin menjelaskan teorinya mengenai tiga jenis konflik (approach-approach, approach-avoidance, dan avoidance-avoidance). Aplikasi teori Lewin banyak dilakukan dalam konteks dinamika kelompok. Dasar berpikirnya adalah kelompok dianalogikan dengan individu. Maka perilaku kelompok menjadi fungsi dari lingkungan, dimana salah satu faktornya adalah para anggota kelompok dan hubungan interpersonal mereka. Apabila hubungan ini bervalensi negatif, maka perilaku anggota akan menjauhinya dan dengan demikian tujuan kelompok semakin tidak tercapai. Sebaliknya, hubungan yang baik akan membuat anggota saling mendekati sehingga memungkinkan kerjasama yang lebih baik dalam mencapai tujuan kelompok.
Kritik untuk teori Lewin berfokus pada konstruk-konstruknya yang dianggap hipotetis dan sulit dikongkritkan dalam situasi eksperimental. Implikasinya adalah penjelasan Lewin sulit sampai pada level explanatory dan sifatnya deskriptif.
·     Prinsip Teori-Teori Gestalt
Prinsip-prinsip teori gestalt adalah:
1.  Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk. 
2.  Prinsip-prinsip pengorganisasian:
·           Principle of Proximity: Organisasi berdasarkan kedekatan elemen 
·           Principle of Similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen 
·           Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya 
·           Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola 
·           Principle of Closure/ Principle of Good Form: Organisasi berdasarkan “bentuk yang sempurna” 
·           Principle of Figure and Ground: Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol dan dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap, persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi. 
·           Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
Aplikasi dan Implikasi Teori Gestalt
1.   Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain:
A.     Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya. 
B.     Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. 
C.    Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya. 
D.    Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas. 
E.     Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight. 
F.     Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi membei dorongan yang mengerakan seluruh organisme. 
G.    Belajar akan berhasil kalau ada tujuan. 
H.    Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahakan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaiman seseorang itu dapat memecahknan masalah mrnurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
1.     Realisasi adanya masalah. Jadi harus memehami apa masalahnya dan juga harus dapat merumuskan 
2.     Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah. 
3.     Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain. 
4.     Menilai dan mencobakan usah pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan yang diperoleh. 
5.     Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan Shasil pemecahan soal itu.
2.   Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
3.   Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang patut dicatat sebagai implikasi dari aliran Gestalt.
Implikasi Gestalt:
·           Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
·           Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman dan Koehler.

DAFTAR PUSTAKA
·     Suryabrata, Sumardi. 2011.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
·     http://www.psychologymania.com/2011/09/Psikologi gestait.html