Pagi
itu sangat mendung, langit di kota
DKI Jakarta berubah menjadi gelap. Kakinya yang mungil mulai
melangkah keluar menuju gerbang sekolah. Tubuhnya menggigil dan bibirnya
terlihat pucat. Setengah perjalanan menuju rumah, tiba-tiba hujan deras pun
turun membasahi tubuh Bella. Bella berusaha bertahan di salah satu halte biasa
tempat ia menunggu bis datang. Tak ada satu orang pun yang tampak disana, Bella
pun mulai tak tenang. Beberapa menit kemudian ada seorang pemuda yang berparas
tampan datang.
Bella mulai resah dan menoleh ke arah pemuda tampan itu. Tanpa tersadari oleh
Bella, tiba-tiba pemuda tampan itu menyapanya dengan tenang.
“Selamat
Sore Mbak! Ada yang salah dengan penampilan saya?” Tanya pemuda tampan itu.
Bella
hanya mengeleng-gelengkan kepalanya kebingungan dengan pertanyaan aneh yang
diajukan oleh pemuda tampan itu.
“Loh,
Mbak kenapa diam, ada yang aneh dengan saya?” Mengulangi pertanyaan sebelumnya.
“Eh, iya
maaf mas! Tak ada yang salah dengan penampilan anda.” Jawab bella dengan malu.
Beberapa
jam telah berlalu, hujan pun turun semakin deras, yang tampak terlihat hanya
Bella dan pemuda tampan itu. Tak ada percakapan yang serius, hanya terlihat
saling memandang teka-teki satu sama lain.
“Mau
pulang Mbak!” Tanya pemuda tampan yang memecahkan keheningan.
“Iya Mas,
Mas juga ya, ke arah mana?” Jawab Bella dengan tenang.
“Iya
Mbak, Saya ke arah Lebak Bulus, kalau Mbak sendiri?” Jawab pemuda itu.
“Oh gitu,
Kalo saya ke arah Depok Mas, wah berarti kita tak searah ya Mas.” Jawab bella
sambi tertawa kecil.
“Hehehe.... Eh iya Mbak saya
duluan ya.” Jawab pemuda tampan itu.
“Hati-hati ya Mas.”Sahut Bella.
“Sama-sama... semoga berjumpa lagi.” Sambung pemuda itu dengan senyuman.
Setelah bis yang ditumpangi oleh pemuda itu datang
dan pemuda tersebut pergi, yang terlihat hanya Bella yang setia menunggu bis jurusan Depok. Setelah 4 jam berlalu
akhirnya bis yang ditunggu Bella pun datang. dan Bella pun langsung bergegas
masuk ke dalam bis yang ditumpanginya.
*****
Keesokan harinya, Pagi-pagi Bella rapi dengan pakaian sekolahnya, ia
sudah siap berangkat ke sekolah, namun ada yang berbeda dengan Bella, Bella
membawa si putih kesayangannya. Si putih adalah matic kesayangan Bella yang
dibelikan oleh ayahnya sebagai hadiah prestasi yang diperoleh di sekolahnya. Dan Bella pun berangkat sekolah dengan
semanagtnya.
Ngeeeeeenggggggg.......................!!!!!!!
Dari
kejahuan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Bella
segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu
perempatan di situ cukup padat merayap, sehinnga lampu merah biasanya cukup
lama menyala. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti menjadi
warna kuning. Hati bella berubah menjadi resah dan berdebar-debar sangat
kuat berharap semoga ia bisa melewatinya
segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Bella bimbang,
haruskah ia berhenti atau terus saja.
“Ah, aku
tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak.” Pikirnya terus melaju.
Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitt...!!!!!!!
Di
seberang jalan seorang polisi muda tampan melambaikan tangan memintanya
berhenti. Bella menepikan dalam hati. “Dari kaca spion ia melihat pemuda tampan
seperti mengingat kembali wajah itu, baginya tak terlalu asing, tapi dimana ia
pernah bertemu?” Gumam Bella.
Mendadak
kaki Bella mengerem maticnya, ia melihat banyak polisi lalu lintas berbaris di
depan yang sedang bertugas. Jantungnya berdegup kencang, tidak mungkin ia
mundur atau memutar arah balik.
“Mati deh gue ada pemeriksaan.” Gumamnya
dalam hati saat polisi muda menyetopi motornya dan memberi hormat di
sampingnya.
“Selamat
Siang Mbak! Mohon maaf mengganggu kenyamanan perjalanan Anda. Bisa tunjukkan
kelengkapan surat-suratnya?” polisi muda berparas tampan itu tersenyum melihat
wajah cantik Bella.
“Bertahun-tahun saya lewat sini tumben
hari ini ada pemeriksaan.” Ujar Bella mengeluh. Ia memperhatikan polisi muda
tampan yang sekarang berada di hadapannya.
“Kamu Pemuda
yang kemarin sore menunggu bis itu kan? Sekarang ketemu lagi, kamu mau tilang
saya? Ya ampun kamu bener-bener bawa bencana! Gue telat nih ke Sekolahnya!”
Ucap Bella bernada keras.
“Maaf, kalau
mau kenalan atau lebih dekat dengan saya nanti setelah jam kerja. Sekarang tunjukkan surat-suratnya!”Minta Polisi
muda tampan itu sambil tersenyum menggoda Bella.
Bella
mengeluarkan semua surat-surat kecuali SIM karena ia belum punya.
“Mbak
kalau tidak punya SIM jangan mengemudi, ini sangat berbahaya!” Ucap polisi muda
tampan itu.
Bella tidak berkomentar karena ia salah tidak menaati peraturan lalu lintas, akan tetapi
satu hal yang ia tidak habis pikir, mengapa harus polisi tampan itu yang
menilangnya?.
*****
Hari demi
hari berlalu tidak membuat Bella jera karena sering ditilang. Ia dengansesuka
hati tanpa menaati peraturan lalu lintas yang ada. Akhir-akhir ini ada sesuatu yang berbeda, ia selalu
memikirkan polisi tampan itu. Hampir tiga bulan ia tidak terkena tilang.
Bella
melihat ke kaca spion
motor maticnya. Seorang polisi berlari megejarnya. “Oiya! Lupa pakai helm.”
Teriak Bella sambil memegang kepalanya dengan tangan kiri. Ia langsung
mempercepat laju motornya.
“Aneh,
hari ini polisinya lain yang mau tilang gue.” Pikir Bella.
“Gubraaaaak.... “bunyi seseorang yang jatuh dan bersimpah darah di depan
motornya.
Bella
langsung mematikan mesin motornya dan melihat sosok yang baru saja ia tabrak.
Ia mengambil dompet pria itu untuk melihat identitasnya. “Muhammad Hasan!”
teriak Bella mengetahui orang yang ia tabrak adalah polisi tampan yang ia temui kemarin di halte. Orang-orang
yang melihatnya langsung membantu Bella membawa Hasan ke rumah sakit terdekat.
Ia
menangis dan penuh penyesalan, kini orang yang ia suka terbaring lemah di
tempat tidur rumah sakit. Andai saja ia mendengarkan nasihatmu Hasan untuk
menaati peraturan lalu lintas pasti semua ini tidak akan pernah terjadi.
“Hasan.. .bangun, buka matamu!” Aku janji
akan mendengarkan semua nasihatmu. Aaaaaku....aku..aku..suka sama kamu Hasan.”
Air mata Bella terus menetes di pipi Hasan.
Air mata itu membangunkan Hasan
yang sempat tidak sadarkan diri. Hasan tidak menyangka kalau Bella yang ia tau
cuek diam-diam menaru hati dengannya.
“Kalau
tadi yang kamu katakan benar, aku rela ditabrak berkali-kali.”Ucap Hasan
menatap Bella.
“Aku
janji akan menaati peraturan lalu lintas mas Hasan polisi lalu lintasyang baik
dan tampan.”Ucap Bella penuh kebahagian.
“Maaf
Mbak, kena tilang!” Ujar Hasan sambil mengeluarkan kartu berbentuk hati.
“Memangnya aku melanggar peraturan yang mana?”Tanya Hasan heran.
“Mbak
ditilang karena melanggar peraturan sudah mencintai saya.” Jawab Hasan sambil
menggoda Bella.
Mereka
berdua tertawa lepas di keheningan suasana rumah sakit. Setiap kejadian sesulit
apapun pasti dibalik itu semuanya mempunyai hikmah dan kebaikannya
masing-masing.
-THEEND-