BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku atau psikis individu dalam lingkungan. Dalam jurnalistik tentu
ilmu psikologi sangat berhubungan erat, seorang jurnalis dalam mewawancarai
harus mengetahui watak atau sifat seseorang yang menjadi narasumber dan untuk
mengetahui hal tersebut ilmu psikologilah yang mempelajarinya.
Di indonesia pengaruhnya tidak hanya pada
model tes yang berbasis pada kecerdasan IQ tersebut. Tetapi berkembang
seolah-olah sebagai suatu strategi dan target pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran berlangsung dengan paradigma mengejar target kurikulum bagi
peserta didik lebih penting dari pada penguasaan ilmu.
Howard Gardner, seorang ahli biopsikologi
memberikan kritik terhadap kondisi di atas. Ia mengungkapkan:
“sebagian besar pengujian kita
didasarkan pada penghargaan yang tinggi pada keterampilan verbal dan
matematika. Bila andai pandai dalam bahasa dan logika, tes, IQ, anda pasti
bagus, dan anda mungkin berhasil dengan baik masuk perguruan tinggi yang bergengsi,
tetapi apakah anda berhasil setelah lulus, mungkin akan tergantung pada sejauh
mana anda memiliki dan menggunakan kecerdasan yang lain, itulah yang saya beri
perhatian yang berimbang”.[1]
Di dalam ilmu psikologi kita mempelajari materi kecerdasan atau disebut
dengan Inteligensi. Kecerdasan adalah kemampuan seseoarang untuk memberikan
suatu tanggapan yang baik terhadap suatu yang diterimanya. Di dalam makalah ini
akan kita bahas mengenai kecerdasan secara lebih rinci lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan kecerdasan ?
2.
Apa yang dimaksud alat ukur kecerdasan ?
3.
Jelaskan teori teori mengenai kecerdasan ?
4.
Bagaimana penjelasan tentang gagasan penerapan ?
C. Problem Statement
Statement (pernyataan) yang menyatakan
bahasa adalah sesuatu yang selalu lengkap seharusnya dipersentasikan, maksudnya
bahwa setiap bahasa mempunyai kata “kosakata tersendiri” untuk segala
sesuatu, itulah yang dimaksud karakteristik kosa kata. terkecuali dalam bahasa
itu telah kehilangan penggunaan. Bahasa selalu mengalami hal-hal yang sulit,
walaupun faktanya bahwa bahasa mengalami gerakan perlawanan bentuk-bentuk yang
baru yang mungkin seringkali muncul. Ketika bahasa tidak memungkinak pengguna
atau penurun untuk membuat respon yang tepat untuk segala sesuatu, karena kosakata
(vocabulary) memang demikian secara karakteristik “open” dibedakan dalam
vocabulary antara dua bahasa adalah sebuah hal yang ukuran yang tidak
akurat dari perbedaan efisiensi atau keunggulan dari dua ucapan.
D. Tujuan Masalah
Adapun tujuan makalah anak
memiliki Kecerdasan Linguistik yaitu:
1. Mampu
membaca, apa yang dibaca mengerti.
2.
Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons
dalam suatukomunikasi verbal.
3.
Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing,
mampu membacakarya orang lain.
4.
Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
5.
Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai
menyampaikan ceritaatau melakukan perbaikan pada karya tulis.
6.
Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan,
tulisan dan melaluidiskusi, ataupun debat.
E. Manfaat Penyelesaian
1.
Bagi Pribadi
Sendiri dapat memahami materi yang telah diberikan oleh dosen dan belajar
mengetahui isi dari keceerdan linguistik.
2.
Bagi Siswa dapat
memahami pembelajaran kecerdasan linguistik dan menerima materi tersebut di
dalam sekolah maupun di luar sekolah.
3.
Bagi Guru dapat
dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang baik digunakan dalam
kegiatan belajar dan mengajar tentang
kecerdasan terlebih bagi bidang studi bahasa Indonesia.
4.
Bagi Perkembangan
bahasa Indonesia dapat menjadikan bahasa Indonesia salah satu sifat bahasa yang
unik dan khas yang berbeda dengan bahasa-bahasa lain di perkembangan Barat.
5.
Bagi Prodi bahasa
Indonesia dapat menjadikan kecerdasan linguistik kajian bahasa Indonesia yang
setingkat lebih tinggi lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kecerdasan
Menurut
rumusan yang ditetapkan kongres sedunia tentang tujuan pendidikan Islam,
sebagaimana dikutip oleh M. Arifin:“education
should aim at the ballanced growth of total personality of man through the training
of mans’ spirit, intelect the rational self, feeling and bodily sense.
Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects;
spritual, intelektual, imaginative, physical, scientifc, linguistic, both
individually and collectively, and motivate all these aspect toward goodnes and
attainment of perfection. The ultimate aim for education lies in the
realization of complete submission to Allah on the level of individual, the
community and humanity at large”.[2]
Kemudian
dalam Surat Al Baqarah 151 Allah berfirman,“Sebagaimana
kami telah mengutus rasul di antara kamu yanng membacakan ayat-ayat kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepada kamu al kitab dan al hikamah
(assunnah) serta mengajarkan kepada kamu apa-apa yang belum kamu ketahui”(QS.
2:151).
Dalam Al
Quran, Surat At Baraah (Taubah) ayat 122 berikut ini:“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang) mengapa tidak pergi dari tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya”(QS 9:122)
Hadits
riwayat Baihaqi juga mempertegas:“Menurut
ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim” (HR.Baihaqi). jelas bahwa
berfikir atau belajar wajib hukumnya bagi setiap muslim, baik laki-laki atau
perempuan, baik tua ataupun muda.
Menurut para ahli sebagai berikut:
a.
William
Stern kecerdasan atau intelligence merupakan suatu kapasitas atau kecakapan
umum pada individu secara sadara untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi
yang dihadapinya.
b.
Carl
Whitherrington kecerdasan adalah kesempurnaan bertindak
sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan atau kegiatan-kegiatan
seperti berikut ini :
1. Facility
in the use of numbers yaitu fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka.
2. Language
efficiency yaitu efesien penggunaan bahasa.
3. Speed
of perpection yaitu kecepatan dalam pengamatan.
4. Facility
in memorizing yaitu fasilitas dalam mengingat.
5. Facility
in comprehending relationship yaitu fasilitas dalam memahami hubungan.
6. Imagination
yaitu menghayal.
c.
Seorang
ahli yang bernama S.C. Utami Munandar merumuskan secara umum intelligence
sebagai berikut :
1. Kemampuan
untuk berfikir abstrak.
2. Kemampuan
untuk menangkap hubungan – hubungan dan untuk belajar.
3. Kemampuan
untuk menyesuaikan diri terhadap situasi situasi baru.
d.
Edward Thorndike mendefenisikan
intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good
responses from the stand point of the truth or fact atau dapat
diartikan kecerdasan adalah kemampuan individu untuk
memberikan respons yang tepat ( baik ) terhadap stimulasi yang diterimanya.
e.
George D.
Stodard kecerdasan adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku yang
mempunyai ciri - ciri berikut tertentu. Jadi dapat kita simpulkan bahwa
kecerdasan atau intelligence adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh sesorang
dalam bidang apapun dan individu tersebut dapat menjalankan serta
mengembangkan kemampuan yang ia miliki dengan baik.
B. Alat Ukur Kecerdasan
Pengukuran kecerdasan ada tiga yaitu IQ (
kecerdasan intelektual ), EQ ( Kecerdasan emosional ), SQ ( Kecerdasan
spiritual ). Keceerdasan intelektual bisa diukur karena bersifat kuantitatif.
Alat ukur kecerdasan intelektual sebagai berikut, yaitu:
a.
Tes Binet
Simon
Alat ukur kecerdasan kognitif pertama kali
dibuat oleh Alfred Binet dan Theodore Simonpada tahun 1905 atas
permintaan pemerintah Perancis, berkenaan dengan kasus kegagalan belajar
murid-murid sekolah. Tes yang mereka buat diperuntukkan anak usia 2 sampai
dengan 15 tahun. Cara yang mereka tempuh untuk mengukur kemampuan tersebut
adalah dengan membandingkan usia mental (mental age) dengan usia kronologis
(chronological age).
b.
Konsep
Intelligence Quotient ( IQ )
Telah disebutkan bahwa dalam mengukur
taraf kecerdasan kognitif, Binet dan Simon membandingkan usia mental dengan
usia kronologis. Rumus ini dipakai dengan asumsi bahwa seorang anak dinyatakan
normal kemampuannya bila dirinya mampu melakukan tugas-tugas atau
pekerjaan-pekerjaan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan anak
seusianya. Selanjutnya untuk menghindari adanya angka pecahan, hasil
bagi tersebut dikali seratus. Dengan demikian rumus tersebut dapat ditulis
sebagai berikut. Sedangkan untuk kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual
(SQ), hingga saat ini belum ada alat yang dapat mengukurnya dengan jelas karena
dua kecerdasan tersebut bersifat kualitatif bukan kuantitatif.
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual
(IQ) yang cukup tinggi dapat dilihat selain dari hasil tes, dapat terlihat juga
bahwa biasanya orang tersebut , sebagai berikut, yaitu:
1.
Memiliki kemampuan matematis
2. Memiliki
kemampuan membayangkan ruang
3. Melihat
sekeliling secara runtun atau menyeluruh
4. Dapat
mencari hubungan antara suatu bentuk dengan bentuk lain
5. Memiliki
kemampuan untuk mengenali, menyambung, dan merangkai kata-kata serta mencari
hubungan antara satu kata dengan kata yang lainya, Memiliki memori yang cukup
bagus.
Seseorang dengan kecerdasan emosi (EQ)
tinggi diindikatori memiliki hal-hal sebagai berikut :
a.
Sadar diri, panada mengendalikan diri, dapat
dipercaya, dapat beradaptasi dengan baik dan memiliki jiwa kreatif,
b.
Bisa berempati, mampu memahami perasaan orang lain,
bisa mengendaikan konflik, bisa bekerja sama dalam tim,
c.
Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan,
d.
Dapat mempengaruhi orang lain,
e.
Bersedia memikul tanggung jawab,
f.
Berani bercita-cita,
g.
Bermotivasi tinggi,
h.
Selalu optimis,
i.
Memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan
j.
Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas.
Tanda dari orang –orang yang memiliki SQ
yang berkembang dengan baik/tinggi, yaitu sebagai berikut:
1.
Mampu bersikap fleksibel (adaptif secara spontan
dan aktif)
2.
Memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi
3.
Mampu untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4.
Mampu untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5.
Memiliki kualitas hidup yang didasari oleh visi dan
nilai-nilai
6.
Menghindari hal-halyang dapat menyebabkan
kerugian yang tidak perlu
7.
Cenderung untuk memandang segala hal itu berkaitan
(holistik)
8.
Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa?” atau
“bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban mendasar
9.
Mandiri SQ yang berkembang dengan baik dapat
menjadikan seseorang memiliki “makna” dalam hidupnya. Dengan “makna” hidup ini
seseorang akan memiliki kualitas “menjadi”, yaitu suatu modus eksistensi yang
dapat membuat seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara
produktif dan dapat menyatu dengan dunia.
C. Teori Kecerdasan
Raymon Cattel dkk.,
mengklasifikasikan inteligensi ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Fluid
intelligence (kecerdasan cair)
b.
Crystallized intelligence (kecerdasan Kristal)
Teori ini dicetuskan pada 1960-an oleh
Raymond Cattell and John Horn. Teori kecerdasan ini merupakan pengembangan
lebih lanjut dari teori General Intelegence. Dalam teori kecerdasan cair dan
kecerdasan kristal dinyatakan bahwa ada dua macam kecerdasan umum yaitu:
a.
Fluid
intelligence (kecerdasan cair) Kecerdasan cair adalah
kecerdasan yang berbasis pada sifat biologis.
Kecerdasan cair meningkat sesuai dengan pertambahan usia, mencapai puncak pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh.Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun,
Kecerdasan cair meningkat sesuai dengan pertambahan usia, mencapai puncak pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh.Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun,
b.
Crystallized
intelligence (kecerdasan Kristal) kecerdasan Kristal adalah
kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Jenis
kecerdasan ini dapat terus meningkat, tidak ada batasan maksimal, selama
manusia masih bisa dan mau belajar. Inteligensi Crystallized masih terus
berkembang sampai usia 30-40 tahun bahkan lebih.
·
Teori
kecerdasan menurut para ahli yaitu :
1.
Teori“TwoFactors”
Teori ini
dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia berpen¬dapat bahwa inteligensi
itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan
kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors). Setiap individu
memiliki kedua kemampuan mi yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku
mentalnya.
2.
Teori“PrimaryMentalAbilities”
Teori ini
dikemukakan oleh Thurstone (1938). Dia berpendapat bah¬wa inteligensi merupakan
penjelmaan dan kemampuan primer, yaitu (a) kemampuan berbahasa: verbal
comprehension (b) kemampuan mengingat: memory (c) kemampuan nalar atau berpikir
logis reasoning (d) kemampuan tilikan ruang spatial factor (e) kemampuan
bilangan numerical ability (I) kemampuan menggunakan kata-kata: word fluency
dan (g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat perceptual speed.
3. Teori”MultipleIntelligence”
Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dan tiga kategori dasar atau faces of intellect.
Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dan tiga kategori dasar atau faces of intellect.
D. Gagasan Penerapan
Bakat
merupakan potensi tersembunyi yang siap untuk diaktulisasikan dan akan
berkembang, dibawa sejak lahir yang telah melekat dengan kepribadian seseorang,
lebih baik jika terjadi sinergi dengan lingkungan yang mendukung disekitarnya.
Sebagaimana terlihat dalam Hadist :“Tiap
anak yang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadiaknnya
Yahudi, atau Majusi”.[3]
Pertama, Ayat Al Qur’an dan hadist di atas menyatakan bahwa anak manusia
semenjak lahir telah membawa fitrah atau kodrat kejiwaan yang diwarisi dari
orang tuanya, kodrat tersebut merupakan potensi atau kemampuan yang merupakan
kekuatan dirinya untuk mencari kebenaran atau mengabdi kepada Tuhan. Islam yang
menyakini bahwa setiap anak yang dilahirkan membawa fitrahnya dan sekaligus
fitrah ini membedakan satu dari yang lainnya. Anak telah membawa suatu potensi
atau bakat yang merupakan suatu cikal bakal kekuatan di dalam dirinya, namun
diakui aktualisasi diri anak tercipta sebagai akibat interaksi dengan
lingkungannya. Sinergis keduanyalah yang menjadikan anak itu sebagai apa
adanya.
Kedua, faktor lingkungan, hal ini berkaitan dengan semua
sumber informasi yang berasal dari luar diri peserta didik; seperti orang tua,
keluarga, teman, pendidik, masyarakat sebagai sumerdaya manusia, buku,
internet, multimedia. Hal ini juga mencakup semua pergaulan dan pengalaman atau
pendidikan yang diperoleh anak di dalam dan di luar sekolah. Setelah dicermati maka dapat disimpulkan bahwa bakat,
fitrah maupun kecerdasan merujuk pada suatu maksud dan makna yang sama, yang
membedakan adalah sudut pandang yang berbeda, artinya sebelum penemuan
kecerdasan jamak. Gardner menyatakan People
are born with certainamount of intelligences[4]
, bahwa seorang anak manusia yang lahir ke dunia memiliki lebih dari satu
potensi kecerdasan yang mungkin bisa berkembang, walaupun perkembangan tersebut
berbeda dari orang ke orang. Lebih lanjut Gardner menambahkan, after all, intelligences arise from the
combination of a person’s genetic heritage and life condition in a given
culture and era.[5]
Sesuai
dengan pernyataan tersebut di atas, maka pelacakan bakat dan pengembangannya
sebagai sebuah potensi kecerdasan seharusnya dilaksanakan semenjak awal dari
pendidikan dimulai, baik formal maupun informal. Untuk itu pendidikan awal yang
dilakukan di rumah tangga maupun pendidikan formal di sekolah seperti pedidikan
prasekolah (preschool), TK (kinder garten) dan SD (primary school) pendidikan
menitik beratkan kearah pelacakan bakat dan pengembangan potensi kecerdasan.
Dalam usaha pelacakan bakat dan kecerdasan, setiap peserta didik secara
berkelanjutan harus dihadirkan dengan pilihan-pilihan materi pembelajaran dan
pilihan yang diminatinya sehingga terhindar dari campur tangan dan keinginan
pendidik yang memaksakan kehendaknya. Hal ini merupakan ekspresi keinginan yang
sesuai dengan panggilan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Oleh
karena itu penyajian materi dalam bentuk paket yang wajib dipelajari oleh
peserta didik tidak lagi cocok dengan pelacakan bakat dan pengembangannya.
KECERDASAN LINGUISTIK VERBAL PADA ANAK USIA DINI
Kecerdasan
linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti
kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan.
Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran
dan menyampaikan informasi proses pendidikan verbal merupakan proses sulit
untuk dilatih, maka proses ini hendaknya dilakukan sejak anak pada usia
egresifnya pada usia kanak-kanak, terkadang orang tua takun ketika anaknya
sedang mengalami kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang
ia mau, akhirnya progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena
ketakutan dari orang tuannya. Kecerdasan Linguistik berkaitan dengan kemampuan
bahasa dan dalam hal penggunaannya.
Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan
bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dannarasi.
Mereka seringkali pengeja
yang baik dan mudah mengingat tanggal,tempat dan nama. Selain itu, ada beberapa hal lain yang berkaitan
dengan ciri khas pada kecerdasan ini yaitu :
1.
Mampu menuliskan pengalaman kesehariannya
2.
Pendapatnya.secara lebih baik dibandingkan anak
seusianya,
3.
Memiliki kosa kata yang banyak dibandingkan
anak seusianya dan menggunakannya dengan tepat,
4.
Banyak membaca
(buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak memberikan
pendapat, masukan, kritikan, pada orang lain,
5.
Mengeja kata asing danbaru dengan tepat,
6.
Suka mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan
(cerita, ulasanradio, buku bersuara),
menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yangsukar diucapkan
7.
Dan suka bercerita panjang
lebar atau mampu menceritakanlelucon dan kisah-kisah.
Pernahkah anda terpesona dengan seseorang ketika
dia berpidato ataumenjelaskan sesuatu?
Ini merupakan kelebihan orang yang memiliki kecerdasanlinguistic-verbal. Mereka
sangat terampil bermain kata-kata. Orang-orang yang memiliki kecerdasan
ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk
kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan
verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat,
berdiskusi,melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas
lain yangterkait dengan berbicara dan
menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan padaprofesi pengacara,
penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.
Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini
diantaranya yaitu John F Kennedy, Bung Karno (PresidenRI ke-1), Kak Seto, dan
lainnya.
Kecerdasan logika berpikir seorang anak
dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa yang ia miliki. Anak yang mampu
berbicara/berbahasa dengan baik dan juga lancar, memungkinkan logika
berpikirnya akan bagus. Dalam kebiasaan sehari-hari, anak-anak cenderung sering
menggunakan kata yang “acak-acakan”. Seperti mencampur Bahasa Indonesia dengan
Bahasa Daerah mereka, oleh karenanya seorang anak sering salah dalam
menggunakan kata.
Untuk
merangsang kecerdasan berbahasa verbal seorang anak, kita dapat menempuh cara
berikut :
- sering
mengajak anak bercakap-cakap
- sering
membacakan cerita/dongeng
- sering
mengajarkan nyanyian/lagu
Pandai
berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, tapi juga memiliki
kemampuan dalam mengolah bahasa. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu untuk mendorong logika berpikir seorang
anak. Tidak semua cerdas dan siap dalam berbahasa. Suatu contoh, jika seorang
anak belum siap menerima multi bahasa, maka anda jangan memberikannya dulu.
Bila dilakukan pemaksaan untuk menjejali anak dengan beragam bahasa, tidak
dipungkiri jika anak akan mengalami kebingungan bahasa atau bahkan mungkin
strees. Perlu diingat! Stimulus dari lingkungan sangatlah berpengaruh besar
pada kemampuan otak anak yang pada akhirnya, akan mempengaruhi keterampilan
anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Kurangnya ajakan komunikasi dari
kecil akan berdampak pada kurangnya kemampuan berbahasa seorang anak yang
membuat anak cenderung jadi pendiam.
·
Sementara itu Gardner, dkk (Dryden & Vos,
2001:342) mendeskripsikan ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistik
sebagai berikut: sensitif terhadap pola, teratur, sistematis, mampu
berargumentasi, suka mendengarkan, suka membaca, suka menulis, mengeja dengan
mudah, suka bermain kata, memiliki ingatan yang tajam tentang hal-hal sepele,
pembicara publik dan tukang debat yang ada.
·
Ada beberapa
model pendidikan kecerdasan linguistik-verbal yang bisa dikembang-kan melalui pembelajaran sastra.
Model yang dimaksud adalah menceritakan kisah,
a) berdebat,
b) berdiskusi,
c) menafsirkan,
d) menyampaikan
laporan,
e) berbicara
dan menulis tentang karya sastra.
Berikut ini diberikan sebagian
contoh pembelajarannya.
1. Menceritakan Kisah
(a) Pengertian
Model Menceritakan Kisah adalah model
pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra dengan
cara menceritakan kembali kisah yang terdapat dalam karya sastra yang telah
dibaca atau didengar siswa. Karena menitikberatkan pada penceritaan kisah, maka
karya sastra yang didengar atau dibaca siswa adalah karya satra yang berisi
kisah, misalnya dongeng, sandiwara, novel, drama, atau puisi balada.
(b)
Langkah
1. Siswa
diminta untuk mendengarkan atau membaca karya sastra yang
telah disiapkan oleh guru.
2. Siswa mencatat pokok-pokok
kisah yang didengar atau dibaca.
3. Siswa menceritakan kembali
kisah yang telah diengar atau dibacanya,
baik secara lisan maupun tulis.
(c) Hal
yang perlu diperhatikan
1. Karya
sastra yang didengar atau dibaca siswa hendaknya sesuai
dengan perkembangan siswa, baik dari segi
isi maupun bahasanya.
2. Waktu
yang disediakan hendaknya sesuai dengan jenis kaya sastra yang
akan diceritakan kembali, khususnya
ketebalan karya sastra yang
dibaca dan/atau durasi karya sastra yang
didengar.
(d) Contoh
a) Bacalah
cerpen ”Kisah Ronggo” karya Lidya Katika Dewi berikut ini!
b) Catatlah pokok-pokok
cerita yang terdapat dalam cerpen yang baru
saja kamu baca !
c) Ceritakan
kembali secara tertulis kisah yang terdapat dalam cerpen
tersebut sambil memperhatikan
pokok-pokok cerita yang telah kamu
catat !
(e)
Variasi
a) Guru
juga bisa membacakan dongeng kepada siswa.
b) Sambil mendengarkan
dongeng yang dibacakan guru, siswa mencatat
pokok -pokok ceritanya.
c) Dongeng
yang dibacakan guru tidak terlalu panjang, tetapi tetap
mencerminkan keutuhan cerita.
2.
Berdebat
(a)
Pengertian
Model Berdebat adalah model
pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra dengan
cara mempertahankan pendapat atas peristiwa, perilaku, atau fenomena lain yang
terdapat dalam karya sastra yang dibaca atau didengarnya. Demi kelancaran
pelaksanaan model ini, karya sastra yang dipilih hendaknya karya sastra yang
isinya bisa memicu perbedaan pendapat bagi sebagian besar siswa sehingga tujuan
berdebat bisa tercapai.
(b)
Langkah
a) Kelas
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pro dan kelompok
kelompok kontra. pro menyetujui sikap,
perilaku, dan pendapat tokoh
utama. Kelompok kontra menolak sikap,
perilaku, dan pendapat tokoh
utama.
b) Siswa
diminta untuk membaca karya sastra yang telah disiapkan
c) Setiap
kelompok diminta untuk mempertahankan pendapatnya dengan
cara menunjukkan berbagai alasan yang
mendukung pendapatnya.
(c) Hal
yang perlu diperhatikan
a) Pendapat
setiap kelompok (baik kelompok pro maupun kelompok
kontra) hendaknya dirumuskan dengan
jelas oleh guru sehingga
memudahkan siswa (kelompok) dalam pencarian
alasan yang terdapat
dalam karya sastra yang dibaca atau
didengarnya.
b) Waktu
yang disediakan untuk berdebat hendaknya cukup sehingga
masing-masing kelompok (baik yang pro
maupun yang kontra) bisa
membeikan argumentasinya secara tuntas.
(d)
Contoh
a) Bacalah
cerpen “Eligi” karya Bengkel Imaji Malang di bawah ini.
b) Catatlah
sikap, tindakan, dan pendapat tokoh utamanya!
c) Bagi
kelompok pro, carilah alasan mengapa Anda setuju atau sependapat
terhadap sikap, tindakan, dan pendapat
tokoh utama! Sebaliknya, bagi
kelompok kontra, carilah alasana mengapa
Anda menolak atau tidak
sependapat terhadap sikap, tindakan, dan
pendapa tokolh utama!
d) Setelah
itu, mulailah berdebat tentang sikap, tindakan, dan pendapat tokoh
utama pada cerpen “Eligi”, yang dipandu
noleh guru.
(e)
Variasi
a) Guru
juga bisa membacakan cerita kisah kepada siswa.
b) Sambil
mendengarkan kisah yang dibacakan guru, siswa mencatat pokok-
pokok ceritanya, terutama sikap, tindakan,
dan pendapat tokoh utama.
c) Cerita
kisah yang dibacakan guru tidak terlalu panjang, tetapi tetap
mencerminkan keutuhan cerita.
d) Guru
menyuruh siswa (kelompok pro maupun kontra) untuk memberikan
alasan masing-masing.
e) Setelah itu,
dilanjutkan dengan berdebat antara kelompok pro dan kontra yang dibantu guru.
KOMPONEN
KECERDASAN LINGUISTIK
Komponen kecerdasan ini meliputi
kemampuan memanipulasi (mengutak atik dan menguasai) tata bahasa, sistem bunyi
bahasa (fonologi), sistem makna bahasa (semantik), penggunaan bahasa dan aturan
pemakaiannya (pragmatik). Kecerdasan linguistik verbal mencakup juga kemampuan
ketrampilan bahasa, meliputi kemampuan menyimak (mendengarkan secara cermat dan
kritis) informasi lisan, kemampuan membaca secara efektif, kemampuan berbicara,
dan kemampuan menulis. Individu yang cepat menangkap informasi lisan dan
tertulis dapat di katakan secara linguistik walaupun mungkin tidak begitu
pandai berbicara atau menulis.
INDIKATOR
KECERDASAN LINGUISTIK VERBAL
Kecerdasan linguistik-verbal memiliki
beberapa indikator atau ciri-ciri khusus dari kecerdasan. Kecerdasan ini di
tunjukkan dalam kepekaan bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa.
Individu yang memiliki kecerdasan ini cenderung menunjukkan hal-hal berikut:
1. Senang
dan efektif berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis
2. Senang
dan baik dalam mengarang cerita
3. Senang
berdiskusi dan mengikuti debat suatu masalah
4. Senang
dan efektif belajar bahasa asing
5. Senaang
bermain game bahasa. Mereka menikmati permainan bunyi, peka terhadap kelucuan
yang muncul akibat pertukaran bunyi, dan peka terhadap kata-kata
6. Senang
membaca dan mampu mencapai pemahaman tinggi. Mereka mampu menangkap makna di
balik kata-kata
7. Mudah
mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
8. Tidak
mudah salah tulis atau salah eja
9. Pandai
membuat lelucon. Mereka pandai membuat plecetan, mengaitkan fakta serius dengan
fakta yang mirip, tetapi jelas-jelas tak berkaitan dan menimbulkan kelucuan
10. Pandai
membuat puisi
11. Tepat
dalam tata bahasa. Mereka peka terhadap struktur, jarang salah susun kata.
12. Kaya
kosa kata. Mereka mampu berbicara dengan banyak kosa kata dan mendeskripsikan
secara lebih jelas
13. Menulis
secara jelas. Mereka mampu membayangkan apakah pembacanya mampu memahami apa
yang di tulisnya
INDIKATOR
KECERDASAN LINGUISTIK-VERBAL ANAK USIA DINI
Pada anak-anak, kecerdasan
linguistik muncul dari berbagai bentuk dan aktivitas berikut:
1. Anak
senang berkomunikasi denganorang lain, baik dengan teman sebaya maupun orang
dewasa usia 2-6 tahun
2. Anak
senang bercerita panjang lebar tentang pengalaman sehari-hari, apa yang di lihat
dan di ketahui (3-6 tahun)
3. Anak
mudah mengingat nama teman dan keluarga (usia 2-6 tahun), tempat atau hal-hal
sepele yang pernah di dengar atau di ketahui, termasuk iklan (usia 3-6 tahun)
4. Anak
suka membawa-bawa buku dan pura-pura membaca (2-4 tahun), suka buku dan cepat
mengeja melebihi anak-anak seusianya (4-6 tahun)
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan linguistik adalah
kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun
tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata,
suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk
mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan
informasi proses pendidikan verbal merupakan proses sulit untuk dilatih, maka
proses ini hendaknya dilakukan sejak anak pada usia egresifnya pada usia
kanak-kanak, terkadang orang tua takuT ketika anaknya sedang mengalami
kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang ia mau, akhirnya
progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena ketakutan dari
orang tuannya. setiap manusia memiliki kekhasan
atau sifat dan kepribadian masing-masing, hal ini memberi arti bahwa di dalam
pendidikan peserta didik diberi kebebasan untuk memilih materi yang sesuai
dengan potensi diri seprti kemampuan, bakat, intelegensi, gaya belajar, gaya
berpikir dan akhlak (tasauf).
Keempat metodeologi kependidikan
tersebut, metode kependidikan bersifat integral; keempat pendekatan kepada
Tuhan yaitu Syari’ah (informasi/wahyu), Filsafat (berfikir), Tasauf (qalbu atau
intuisi) dan Ilmu Kalam (qadar) dikombinasikan dengan mengembangkan seluruh
potensi jiwa, hati, akal dan emosi. Satu sama lain berjalan saling mendukung
dengan mengkombinasikan seluruh potensi.
Inti dari pemikiran kecerdasan jamak dalam Islam yang terkait dengan
pendidikan adalah implikasi dan pengembangan konsep multiple intelligence
sebagai approach, methoad dan classroom technique.
B.Saran
Alhamdulillah,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas kerja sama teman-teman yang turut membantu penulis
menyelesaikan makalah ini. Apabila di dalam makalah ini masih mempunyai
kesalahan, maka penulis meminta kritik dan sarannya dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Ansharullah. 2011. Pendidikan Islam Berbasis Kecerdasan Jamak
Multiple
Intelligences. Cetakan
I. Jakarta: STEP.
Azwar, Saifuddin, 2006. Pengantar
Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan V
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk, Teori Dalam Praktek. Batam:
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk, Teori Dalam Praktek. Batam:
Interaksa.
Referensi:
[1] Howard
Gardner, Multi Intelligence. Kecerdasan
Majemuk. Teori dalam Pratek, (Batam Center, Inter Askara 2003), hlm 24.
2 M.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: suatu tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan
pendekatan interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), Cet. Ke-4, hlmn. 40.
3 Hadist Bukhari Muslim. hlm 127.
4 Howard Gardner, Changing Minds, (Massachusetss,
USA, Hardward Business School Press, 2006). hlm 29.
5 Howard Gardner,. Multiple Intelligence,
Intelligence Reframed, for the 21st, (New York,USA, Basic Books
1999).hlm 41.
[1] Howard Gardner, Multi Intelligence. Kecerdasan Majemuk.
Teori dalam Pratek, (Batam Center, Inter Askara 2003), hlm 24.
[2] M. Arifin, Ilmu
Pendidikan Islam: suatu tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan
interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-4, hlmn. 40.
[4] Howard Gardner, Changing
Minds, (Massachusetss, USA, Hardward Business School Press, 2006). hlm 29.
[5] Howard Gardner,. Multiple
Intelligence, Intelligence Reframed, for the 21st, (New York,USA, Basic Books 1999).hlm
41.
SANGAT MEMBANTU, TERIMA KASIH
BalasHapus