Sabtu, 23 November 2013

MAKALAH PSIKOLOGI KOGNITIF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu. Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya, kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif. Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.Beragamnya pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari lingkungannya.
Pada zaman sebelum masehi, psikologi sudah dipelajari orang dan banyak di hubungkan dengan filsafat. Para ahli filsafat pada waktu itu sudah membicarakan tentang aspek-aspek kejiwaan manusia.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana Sejarah Perkembangan Psikologi ?
2.      Bagaimana Pengertian Psikologi Kognitif itu ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat menjelaskan/mendeskripsikan mengenai sejarah perkembangan psikologi





BAB II
PEMBAHASAN


A.   Sejarah Perkembangan Psikologi

Dalam sejarah perkembangannya, psikologi di artikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Sejarah psikologi bahwa ilmu pengetahuan yang kita kenal, kebanyakan berpusat dari perkembangan awal sejarah eropa dari masa yunani, romawi hingga akhir abad ke 19, yang kemudian menyebar ke belahan dunia.
Pendekatan dan orientasi ilmu dalam dunia psikologi bermula dari filsafat pada masa yunani,yaitu masa transasi dari pola piker animism ke natural science, yaitu pengetahuan bersumber dari alam.Pada masa ini perilaku manusia berusaha di terangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip-prinsip yang di analogikan dengan gejala alam.
Tanah kelahiran psikologi adalah jerman, oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat di lepaskan dari konteks social jerman yang memiliki misi untuk membantuk manusia yang berkualitas dan penyedia tenaga kerja yang protessional. Wilhelm wundt, adalah orang pertama yang memproklamirkan psikologi sebuah disiplin ilmu. Wundt adalah seorang dokter yang tertarik di bidang fisiologis, dimana fisiologis merupakan jalan bagi psikologiuntuk bisa masuk ke dalam ranah empiris ilmiah dan  berdiri sebagai ilmu yang mandiri.
Mempelajari psikologi berarti ada usaha untuk mengenal manusia. Mengenal berarti memahami, kita dapat menguraikan dan menggambarkan tingkah laku serta kepribadian manusia yang bersifat aspek-aspeknya. Dengan mempelajari psikologi kita berusaha untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian itu misalnya keterbukaan yaitu , sikap terbuka terhadap dunia luar, sikap mau memahami perasaan-perasaan orang lain, sikap menghargai pendapat dari orang lain, dan sikap ini bersifat menetap dan menjadi ciri bagi orang yang bersangkutan, yang merupakan sifat yang unik , yang individual dan dari orang tersebut. Berbeda dengan hewan, tiap-tiap manusia sebagai individual terdapat aspek-aspek kepribadian yang khas, yang unik, dan yang beda dari yang lain, sehingga dapat membedakan manusia itu dari individu-individu lainnya. Jadi, sekalipun ada faktor tertentu yang sama, yang terdapat pada setiap manusia , manusia itu beda dari satu dengan yang lainnya.


Psikologi Kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum yang mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental atau psikis yang berkaitan dengan cara manusia berfikir, seperti dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan yang masuk melalui penginderaan, menghadapi masalah atau problem untuk mencari suatu penyelesaian, serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi tunututan hidup sehari-hari.

            Cabang ilmu psikologi ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang bersifat kognitif dan terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah, yang memiliki hubungan erat dengan psikologi belajar, psikologi pendidikan dan psikologi pengajaran. Pengetahuan dan pemahaman tentang proses belajar tidak hanya menerangkan mengapa siswa berhasil dalam proses balajar, tetapi juga membantu untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam prose situ dan sekali terjadi kesalahan selama periode belajar, untuk mengoreksinya.

            Kehidupan mental atau psikis mencakup gejala-gejala kognitif, efektif, konatif sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Gejala-gejala mental-psikis ini dapat dibedakan dengan yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar-dasar dari gejala yang khas kornitif, tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain, seperti apa penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan (afektif) dan keputusan kehendak (konatif). Siswa disekolah berperasaan sambil belajar dan berkehendak serta bermotivasi sambil belajar, dapat diselidiki dengan cara bagaimana berfikir dalam berbagai wujudnya ikut megnambil bagian dalam berperasaan dan berkehendak. Namun, dalam bagian ini tekanan diberikan pada analisis tentang cara berfikir itu sendiri karena perilaku internal inilah yang paling mendasar dalam belajar di sekolah.
Seiring dengan berkembangnya psikologi kognitif, maka berkembang pula cara-cara mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama untuk domain kognitif. Salah satu perkembangan yang menarik ádalah revisi “Taksonomi Bloom“ tentang dimensi kognitif. Anderson & Krathwohl (dalam wowo 1999) merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu: proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi pengetahuan berisi empat kategori, yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif, Dimensi proses kognitif terdiri dari  Mengingat, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Evaluasi dan Membuat. Kesinambungan yang mendasari dimensi proses kognitif diasumsikan sebagai kompleksitas dalam kognitif, yaitu pemahaman dipercaya lebih kompleks lagi daripada mengingat, penerapan dipercaya lebih kompleks lagi daripada pemahaman, dan seterusnya.

C.   Tori-teori Pembelajaran Psikologi Kognitif
            Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan - penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan tingkah laku tindakan mengenal tentang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau situasi di mana tingkah itu laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan - hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian -bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta pada faktor - faktor yang mempengaruhi pengamatan.

1.      Awal Pertumbuhan Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak  dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya ini di ikuti oleh Kurt Kaoffk (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukuman pengamat, kemudian Wolfgang Kohleelr (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpanse. Penelitian – penelitian mereka menumbuhkan psikologi gestalt yang menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur dan pemetaan dalam pengalaman. Kaum Gestalt  berpendapat bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimuli dalam keseluruhan yang terorganisasi, bukan dalam bagian - bagian yang terpisah.
Suatu konsep yang terpenting dalam psikologi Gestalt adalah tantang ”insight” yaitu pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan – hubungan antar bagian - bagian di dalam suatu permastuasi permasalah insight itu sendiri dihubungkan dengan pernyataan spontan “aha” atau”oh”, see-now”. Kohler (1927) menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpan sedengan menghadapkan simpase pada masalah bagaimana memperoleh pisang yang terletak di luar kurungan atau tergantung di atas kurungan. Dalam eksperimen itu kohler mengamati bahwa kadang kala simpase dapat memecahkan masalah secara mendadak, kadang kala gagal meraih pisang, kadang kala duduk merenung masalah dan kemudian secara tiba – tiba mengemukan pemecahan masalah.
2.      Teori Belajar Cognitive - Field dari Lewin
Bertolak dari penemuan Gestalt Psyhology. Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar cognitive dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing – masing individu beradadidalamsuatumedankekuatan, yang bersifatpsikologi.Life space mencakup perwuju dan lingkungan di mana individu bereaksi. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.
3.      Teori Belajar Cognitive Develop mental dari Piaget.
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah seorang psikologi develop mental karena penelitiannya mengenai tahap – tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah salah seorang psikologi suatu teori komperhensif tentang perkembangan inteligensi. Piaget memakai istilah scheme secara interchangeablngy, Piaget memakaiistilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang. Scheme berhubungan dengan dengan:
-                      Refleksi-  refleksi pembawaan: misalnya bernapas, makan minum.
-                      Scheme mental: misalnya scheme of class fication, scheme of operation (pola tingkah laku yang masih suka diamati seperti sikap), dan scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat diamati). Menurut Piaget, inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
a)      Struktur, disebutjuga scheme seperti yang dikemukakan di atas.
b)      Isi, disebut juga content yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individual menghadapi sesuatu masalah.
c)      Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant yaitu organisasi dana daptasi.
-          Organisasi: berupa kecakapan seseoraang/organism dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk sitem-sistem yang koheren.
-          Adaptasi yaitu adaptasi individu terhadap lingkungannya.Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses komplementer yaitu: asimilasi dana komondasi.
·         Asimilasi: proses pengunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya sedangkan,
·         Akomondasi proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.
           .
4.      Jerome Bruner dengan Discovely Learning-nya
     Yang menjadiakandasar ide J.Brunerialahpendapatdari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disenutnya discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Banya kpendapat yang mendukung discovery learning itu, diantaranya J.Dewey (1933) dengan complete art of reflective activity. Atau terkenal dengan problem solving. Didalamnya buku itu ia melaporkan hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science. Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
               The act of discovery dari Bruner:    
1.      Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.
2.      Ganjaran intristik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik.
3.      Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berate murid itu menguasai     metode discovery learning.
4.      Murid lebih senang mengingat-ingat informasi.

D.    Ruang lingkup psikologi kognitif.
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang yang mempelajari studi ilmiah tentang gejala kehidupan mental/psikis sejauh berkaitan dengan cara berpikir manusia, sperti untuk memperoleh pengetahuan, mengolah aneka kesan yang masuk melalui penginderaan, mengahadapi  masalah/problem untuk mencari suatu penyelesaian, serta menggali  dari ingatan  pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan  dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari. Studi ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang bersifat kognitif terkait proses belajar mengajar di sekolah. Gejala-gejala mental/psikis dapat dibedakan satu dari yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dengan yang lain.
Kebanyakan psikologi Amerika berpegang pada suatu kerangka teoritis yang dikenal dengan nama “pemrosesan informasi” yang digambarkan pengolahan kejadian dalam otak, meliputi langkah pengolahan informasi. Yang dimaksudkan informasi adalah masukan bagi setiap  satuan structural.
Penjelasannya sebagai berikut:
1)      Lingkungan hidup mengeluarkan sejumlah rangsangan, misalnya benda yang kena cahaya memantulkan gelombang sinar yang dapat dilihat, bunyi radio memantulkan gelombang suara yang bisa didengar. Menjadi informasi bagi satuan structural yang menangkapnya.
2)      Informasi ini ditangkap oleh alat-alat indera yang peka terhadap bentuk energy fisik tertentu, seperti mata untuk sinar dan kulit untuk sentuhan, diolah dan diubah menjadi pulsa-pulsa elektrokimia yang dikirm ke pusat-pusat tertentu dalam otak dan akhirnya masuk ke dalam sistem saraf pusat.
3)      Informasi yang ditampung itu disimpan selama waktu yang amat singkat sekali. Sebagian kecil diterukan ke ingatan jangka pendek untuk diolah lebih lanjut, sedangkan sisanya hilang dan tidak tersedia lagi untuk pengolahan. Jadi macam informasi dokurangi, atau terjadi seleksi dalam persepsi
4)      Infomrasi yang telah diseleksi masuk ke dalam ingatan jangka pendek. Yang dimaksud dengan ingatan adalah saat orang memyadari ada sesuatu yang dihadapi, misalnya menyadari sedang melihat satu nama dengan sebuah nomor telepon, dan buku telepon. Namun, lamanya  saat kesadaran  itu amat singkat, kira-kira 20 detik. Informasi yang masuk tadi kemudian menghilang, kecuali bila tertahan lebih lama kearena mulai iingat-ingta kembali atau diolah untuk diambil maknanya. Proses penangkapan informasi disebut “rebealsal”.
5)      Hasil pengolahan menjadi masukan bagi ingatan jangka panjang. Namanya demikian karena informasi yang tersimpan disni bertahan lama sekali, mengkin untuk jangka seumur hidup. Hal ini tegantung juga dari kualitas pengolahan infrmasi selama dalam ingatan kerja sebelum pindah ke ingatan jangka panjang. Bilamana informasi tidak tersimpan dalam bentuk sistematika yang baik, informasi sukar ditemukan  dan penggalian tidak berhasil. Dalam keadaan ini, orang mengatakan “informasi hilang”, padahal tidak demikian, tetapi informasi tidak masuk atau terlupakan.
6)      Informasi yang berasal dari ingatan jangla pendek atau ingatan jangka panjang ditampung dalam pusat perencanaan yang mempersiapkan masukan ini untuk disalurkan ke unit alat pelaksana, yang akhirnya akan emberikan jawaban reaksi terhadap lingkngan. Jadi, dalam unit ini terjadi lagi suatu transformasi yang masuk, yaitu ditentukan bentuk dan wujud bagi jawaban reaksi dan bagaimana urutan pelaksanaannya.
7)      Alat pelaksana meliputi semua otot dan kelenjar, yang mewujudkan jawaban reaksi/lingkungan sesuai dengan tuntunan  dan ketentuan yang doberikan oleh pusat perencanaan.
8)      Aliran transformasi informasi sebagaimana berlangsung dalam satuan structural, (2) sampai (7) secara ideal terorganisir dengan baik, sehingga mencapai suatu sasaran.
9)      Sasaran apa yang akan dicapai dan apa makna sasaran itu, terungkapkan dalam harapan tentang tujuan dalam motivasi yang rata. Ini semua merujuk pada apek kognitif falam berkehendak dan berkemauan.



·         Perbedaan antara pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural
Pengetahuan deklaratif ialah, proses penambahan pengetahuan dengan informasi yang sedang dipelajari. Pengetahuan deklaratif menyediakan alternatif cara untuk pemanggilan agar aktivasi menyebar, kedua, menyediakan informasi tambahan yang berguna untuk mengontruksi jawaban yang tampak.  Prinsip penyebaran aktivasi memberikan penjelasan tentang mengapa yang lebih tepat lebh baik untuk menghafal. Efeknya dalam menghafal sangat baik, karena memberi informasi baik berupa daftar kata-kata benda, cerita-cerita, teks pelajaran, maupun data menunjukkan banyak keuntungan. Pengetahuan procedural ialah, kemampuan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan  pola-pola stimulus internal dan eksternal. Prosedur unrutan-aksi mendasari kemampuan untuk melakukan urutan operasi terhadap symbol-simbol.

Dalam kenyataan keduanya berinteraksi, baik selama siswa sedang belajar maupun pada saat menunjukan presatasi sebagai hasil proses belajar. Untuk menerapkan prosedur pada saat memecahkan suatu soal matematika, siswa dapat menuangkan urutan langkah yang harus ditempuh dalam beberapa proposisi, bahkan keseluruhan prosedur yang baru saja dikuasai dapat dituangkan dalam beberapa proposisi (pengetahuan deklaratif) untuk disimpan dalam ingtan jangka panjang. Namun, perbedaan antara kedua macam pengetahuanitu sebagai perbedaan antara “apa yang diketahui” dan “mengetahui bagaimana”, berdampak terhadap cara mendampingi siswa dalam memperoleh kedua macam pengetahuan itu, sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Dengan perkataan lain, perbedaan psikologi mengenai sifat dan ciri has kedua macam pengetahuan ini membawa akibat terhadap perlakuan didaktis.
Diatas telah dikemukakan bahwa berbagai jaringan proposisi dalam ingatan mewakili pengetahuan deklaratif. Pengetahuan procedural diwakili dan disimpan dalam bentuk lain, yaitu terciptakan produksi-produksi (productions). Didalam suatu produksi juga terkandungt gagasan sebagai lambing mental, tetapi bukan sebagai suatu unit dasar seperti dalam suatu proposisi (ide). Dalam produksi terkandung keteraturan mengenai “kalau hal ini begini atau begitu (kondisi), lalu dilakukan kegiatan ini atau kegiatan itu (aksi)” atau “ jika terjadi kondisi tertentu, maka akan diambil tindakan ini.” Perumusan seperti ini menunjuk pada pengetahuanmengenai bagaiman sesuatu harus dilakuan, dibuat, dinilai, dipecahkan, dan lain sebagainya. Di sini aktivitas berpikir seolah-olah diatur, dijalurkan dan disalurkan, sehingga seorang memiliki sejumlah ketentuan prosedural yang dapat diterrapkan bila diperlukan. Misalnya berlakulah ketentuan kondisi-aksi sebagai berikut : ”jika lampu lalu lintas menyala merah, kendaraan harus dihentikan dengan menggunakan rem”. Pengendara speda, becak, sepeda motor dan sopir kendaraan roda empat akan melakukan sejumlah gerakan (aksi), jika melihat bahwa lampu lalu lintas berwarna merah (kondisi). Mereka menguasai suatu prosedur dan mengetahui bagaiman harus b ertindak; pengetahuan tentang “bagaimana itu” disimpan dalam ingatan jangka panjang dalam bentuk produksi: “jika ……, maka ……,” atau “kalau ….., lalu …..,”. mula-mula orang, sambil masih mempelajari suatu prosedur, masih harus mengingatkan diri sendiri aan prosedur itu dengan menggalinya dari ingatan. Tetapi lama kelamaan prosedur menjadi milinya dan berakar, sehingga pada waktu yang dibutuhkan dapat diterapkan secara otomatis, tanpa pemikiran tentang apa yang dilakukan dan mengapa dilakukan demikian. Dalam mengerjakan banyak tugas disekolah siswa yang sudah berpengalaman, dapat bekerja dengan cepat karena sudah menguasai prosedur yang dibutuhkan; malah dia mungkin tidak menyadari bentuk khas dari produksi. “ jika …., maka ….,” yang tersimpan dalam ingatan. Produksi dapat dituangkan dalam bentuk pengetahuan deklaratif dan dieksplisitkan dalam suatu perumusan verbal, seperti terjadi bila orang merumuskan suatu kaidah.
Tentu saja siswa disekolah, apalagi orang dewasa, tidak berbuat hanya berdasarkan beberapa produksi sederhan yang tersimpan dalam ingatan; tetapi lama kelamaan tercipta produksi yang banyak sekali, yang saling terkait dan mengarahkan dalam aktivitas berpikir yang mendasari kegiatan kompleks. Semua produksi dikait-kaitkan melalui apa yang disebut “arus kontrol” (flow of control), yaitu terdapat suatu rangkaian mata rantai dimana suatu kondisi-aksi yang pertama menjadi kondisi dalam satuan kondisi-aksi berikutnya, dan seterusya. Misalnya: “kalau lampu lalu linta sudah menyala hijau, lalu persnelling satu dipasang kembali; jika persnelling sudah terpasang, maka ditancap gas; jika tancapan gas terlah berhasil menggerakan kendaraan sampai kecepatan tertentu, maka diganti persnelling sampai yang kedua; dan seterusnya”. Maka berlangsunglah suatu arus control yang lancer, berjalan otomatis tanpa disertai taraf kesadaran yang tinggi tentang urutan semua gerakan itu. Dalam mengerjakan banyak tugas berlangsunglah proses seperti digambarkan diatas, misalnya mengalikan bilangan 11 dengan 99 atau menjumlahkan harga-harga dari sejumlah barang yang dibeli tanpa memakai kalkulator.
Dalam ulasan diatas telah diuraikan tentang tanggapan sebagai bentuk representasi mental dari aneka obyek yang dihadapai oleh manusia. Tanggapan adalah suatu gambaran sensoris (image), yang merupakan gambaran mental tentang sesuatu yang seolah-olah sedang diamati; maka disebut representasi yang berperaga, yang mempunyai beberapa ciri fisik yang membentuk suatu kesatuan dan memuat informasi tentang hubungan dalam ruang serta ukuran. Misalnya, anak yang menyaksikan pacuan kuda dapat membawa pulang gambaran mental tentang kuda, dengan unsure melihat besarnya tubuh dan panjangnya kaki, mendengar suara kakinya menyentuh tanah bila berlari cepat, melihat luasnya lapangan rumput, meraba kulitnya ketika boleh mendekati kuda, dan lain sebagainya. Semua informasi ini dapat tersimpan pula dalam bentuk jaringan sejumlah proposisi, tetapi bentuk representasi ini tidk begitu “hidup” seperti bayangan mental dari kuda yang sedang berlari cepat dilapangan rumput yang luas. Mka tanggapan sebagai representasi mental cocok sebagai cara untuk menyimpan informasi yang mempunyai mentasi ruang (spatial), paling sedikit berada dalam ingatan kerja dan diolah disitu. Terdapat banyak indikasi yang membenarkan untuk mengatakan, bahwa orang sering menggunakan berbagai bayangan mental dalam mengerjakan tugas yang menuntut menetapkan diri dalam suatu ruang atau menghindari suatu malah didalam pikiran dalam bentuk pengamatan ruang. Misalnya, seseorang yang baru pulang dari terminal bis dapat ditanya beberapa jalan masuk terdapat di situ; kemungkinan sangat besar, dia akan membayangkan diri sendiri berdiri diterminal seperti ntadi dan melihat di sekelilingnya untuk menghitung jumlah jalan masuk. Demikia pula seorang siswa di sekolah dapat membayangkan suatu segitiga dalam dimensi ruang dan mengerjakan soal yang ditanyakan mengenai segitiga itu. Sampai berapa jauh informasi yang diolah dalam ingatan kerja untuk selanjutnya juga akan disimpan dalam bentuk taggapan di dalam ingatan panjang masih diperdebatkan, tetapi ada berbagai indikasi bahwa informasi (masukan) yang sangat konkret dan mudah terbayangkan, seperti informasi tentang pacuan kuda tersebut diatas, lebih mudah digali kembali daripada informasi (masukan) yang sulit terbayangkan, seperti isi suatu buku mengenai ilmu filsafat. Bagi tenaga pengajar hal ini berarti, bahwa penggunaan alat pengajaran yang dapat dilihat dan didengar serta anjuran kepasa siswa untuk membayangkan hal-hal yang sedang dipelajari, kerap membantu untuk nantinya menggali kembali semua itu dari ingtan jangka panjang.

·         Cara memperoleh pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural
Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan bahwa sesuatu adalah begini atau begitu dan meliputi semua data serta fakta, pengetahuan teoritis, semua pengalaman pribadi serta kesukaan pribadi yang pernah dimasukan dalam ingatan jangka panjang. Bahwa seseorang memiliki semua pengetahuan itu dapat dibuktikan dengan menggalinya dari ingatan. “Arsip” pengetahuan ini ditambah dengam memperoleh pengetahuan yang baru; hal ini merupakan tugas sehari-hari bagi nsiswa yang belajar disekolah. Selayang pandang semua ini kelihatan biasa-biasa saja dan bebas dari tantang-tantangan khusus. Namun, dalam kenyataan kerap timbul kesulitan dan tantangan ada saat pengetahuan baru ditertemukan dengan pengetahuan lama dan pengetahuan lama harus digali dari ingtan jangka panjang. Dalam kedua hal ini siswa yang sudah mampu berefleksi atas pengalamannya di sekolah dapat memberikan kesaksian panjang lebar, yaitu tentang kesulitan mengolah informasin baru dengan baik dan mengingat kembali informasi lam (lupa). Para psikolog kognitif menaruh perhatian khusus pada struktur dalam ingatan jangka panjang dan bagaimana proses penggalian berlangsung, serta pada proses mengolah pengetahuan deklaratif baru dan mengkaitkan dengan pengetahuan lama. Di bawah ini di bahas dahulu beberapa hal yang menyangkut ingtan jangka panjang, kemudian beberpa hal mengenai pengolahan engetahuan deklaratif baru. Bagaiman cara diperoleh pengetaguan procedural diuraikan dilain tempat.
Sala satu cara menggambarkan keadaan didalam igatan jangka panjangialah adanya sejumlah jaringan proposisi yang yang kait-terkait dan menampung pengetahuan deklaratif, serta adanya satuan-satuan produksi yang mengandung arsip pengetahuan procedural dan terbesar di antara proposisi. Di antara semua proposisi dan produksi itu terdapat interaksi, dalam arti produksi tersimpan dekat pada jaringan proposisi yang ada hubungan dengan produksi itu, misalnya produksi mengenai cara mengendarai sebuah mobil ditaruh dekat pada jaringan proposisi yang berisikan pengetahuan tentang kendaraan roda empat. Akhirnya tercipta suatu susunan jaringan prososisi dan satuan produksi yang sangat kompleks, namun merupakan suatu keseluruhan yang berstruktur. Harus diingat bahwa gambaran seperti dilukiskan di sini hanyalah merupakan suatu bayangan mental; belum tentulah bahwa susunan dasar anatomis dalam otak juga demikian. Kebanyakan jaringan proposisi dalam ingtan jangka panjang berada dalam keadaan nonaktif; sebagian kecil sedang dalam keadaan aktif karena digali kembali,  dan dipindahkan ke ingatan kerja serta menjadi bagian dari informasi yang sedang diolah/dipikirkan di situ. Telah ditimbulkan pertanyaan bagaimana caranya proposisi-proposisi tertentu telah diaktifkan dalam ingatan jangka panjang. Caranya ialah masukan berupa pengetahuan deklaratif baru yang dieterima dalam ingatan kerja menjadi kunci atau perangsang untuk menggali kembali dalam ingtan jangka panjang pengetahuan lama  yang ada kaitan dengan pengetahuan baru. Mula-mula hubungan itu hanya dengan sebagian dari informasi yang baru; proposisi yang digali itu kemudian mengingatkan akan proposisi lain yang mempunyai kaitan; lalu digali lagi proposisi lain lagi yangrelevan dan terkait, dan seterusnya menurut garis-garis jaringan proposisi yang ada. Proses ini dapat diumpamakan dengan arus listrik yang mengalir dari tempat yang satu ke tempat yang lain melalui jaringan kabel yang dipasang. Misalnya masuk informasi baru tentang anak yang menerbangkan laying-layang diudara; kata “laying-layang” mengingatkan akan fakta bahwa layang-layang biasanya dibuata dari kayu tipisdan kertas; kata “kayu tipis” mengingatkan akan bamboo yang dibelah-belah kecil dengan pisau; kata “bambu” mengingatkan akan fakta bahwa ada bamboo tumbuh di kolam belakag rumah; dan seterusnya. Proses penyebaran ini disebut “aktivasi” (activation), misalnya seperti yang terjadi dalam berpikir asosiatif dimana kata yang satu mengingatkan akan kata yang lain tanpa terdapat hubungan logis di antara proposisi yang terdapat dalam jaringan proposisi; maka aktivasi ini akan mengikuti tali/jalur hubungan logis itu.
Sebagaiman diurikan diatas, proses peggalian ini dimulai dari munculnya suatu kunci atau perangsang (cue) yang masuk kedalam ingatan kerja; kunci ini dapat datang dri luar, misalnya pertanyaan pada lembar soal pada waktu ulangan, tetapi dapat juga datang dari subyek sendiri, misalnya bilamana siswa sambil mengerjakan soal matematiaka menanyakan kepada dirinya sendiri rumus yang harus diterapkan. Kemudian melalui aktivasi terjadi penyebaran sebagaimana digambarkan diatas, sampai informasi yang dibutuhkan berhasil ditemukan. Kalau informasi tidak berhasil ditemukan, orang akan menciptakan suatu reaksi/ jawaban yang paling masuk akal (construction) berdasarkan informasi yang dapat digali dan dipikiran logis. Dalam hal ini terjadi juga apa yang dimaksud “perluasan” (elaboration), yaitu gali pengetahuan deklaratif (proposisi) yang berkaitan dengan informasi yang dicari dan membantu untuk menciptakan sendiri suatu reaksi/jawaban. Misalnya, siswa di SMU, paket program matematiaka dan IPA, ditanyai apa alasan penumpang pesawat tidak boleh menghidupkan radio kecil yang dibawa dalam tas dan tidak dapat langsung menjawab pertanyaaan itu. Dia dapat mengingat bahwa pesawat selalu dilengkapi dengan peralatan radio yang canggih; jadi ada dua radio dalam pesawat, yaitu radio pesawat dan radio miliknya sendiri. Kemudian digali informasi bahwa suatu peralatan listrik yang sedang hidup menimbulkan medan elektromagnetik; dari situ akhirnya disimpulkan sendiri bahwa radio miliknya sendiri akan menimbulkan medan elekromagnetik, yang akan mengganggu opersi radio pesawat sehingga keselamatan pesawat terancam. Maka perluasan (elaboration) dapat membantu dalam menggali iformasi yang tersimpan dalam ingtan jangka panjang.
Pengetahuan deklaratif baru diperoleh bilamana suatu proposisi baru dihubungkan dengan proposisis lama. Menghubung0hubungkan itu berlangsung dalam ingatan kerja ketika informasi lama dan informasi baru dipertemukan untuk menghasilkan pengetahuan baru, yang akirnya ditampung dalam propsisi baru dan dimasukan dalam ingtan jangka panjang sebagai komponen baru dalam jaringan proposisi yang terkait. Misalnya, siswa mencari jawaban atas pertanyaan mengapa sebuah jeruk yang ditaruh dilemari es beberapa waktu lamanya dan kemudian diambil, selang beberapa waktu akan terasa basah. Informasi baru yang masuk ke dalam ingtan kerja ialah kulit jeruk terasa basah karena tetes-tetes air yang melekat pada kulit itu. Informasi lama yang tersimpan di ingatan jangka panjang ialah fakta bahwa suhu uda yang turun akan melepaskan uap air yang terkandung didalamnya. Kedua masukan ini dihubungkan satu sama lain untuk menghasilkan pengetahuan baru, yaitu suhu kulit jeruk yang lebih dingin dibandingkan suhu udara yang mengelilinginya akan menyebabkan terlepasnya uap air dalam udara, yang kemudian mengembun dan melekat pada kulit jeruk. Contoh ini sekaligus mengilustrasika terjadinya perluasa (elaboration) dalam proses pengolahan di ingatan kerja;jadi kali ini perluasan membantu dalam memperoleh pengetahuan deklaratif baru. Dalam contoh tadi perluasan berisiskan suatu kesimpulan logis, tetapi perluasan juga dapat berisikan suatu contoh, pengisian suatu detail, atau suatu tambahan pada materi yang sedang diolah; pada dasarnya, perluasan menambahkan pengetahuan deklaratif baru pada informasi yang masuk keingatan kerja dari pusat penampung. Kunci keberhasilan pengolahan masukan melalui proses perluasan terletak dalam kebermaknaan, artinya perolehan pengetahuan deklaratif baru harus bermakna karena mempunya kaitan dengan hal-hal yang sudah diketahui. Subyek sendirilah yang bertugas menciptakan kebermaknaan itu dalam berbagai bentuk, seperti menangkap hu bungan logis, membuat bagian-bagin atau satuan-satuan, menghubungkan dengan pengalamn hidup sehari-hari, mencari contoh-contoh, dan lain sebagainya.
Perluasan dan kebermaknaan berhubungan erat dengan organisasi, dalam arti mengorganisasikan  masukan baru dengan cara memecahkan atas bagian-bagian, menyistematikanya dalam berbagai kelompok, dan lain sebagainya. Sudah barang tentu bahwa pengetahuan deklaratif yang sudah dimiliki akan sangat membantu dalam mengadakan organisasi dan sistematisasi. Semua ini mengkibatkan bahwa proses pengolahan dalam ingtan kerja menghasilkan sesuatu yang lebih matang, lebih masak dan lebih Nampak kaitanya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Di samping itu, mengingat bahwa jumlah materi yang dapat diolah sekaligus dalam ingtan kerja (=ingtan jangka pendek) terbatas, organisasi membantu untuk mengurangi jumlah hal yang harus dihadapi dengan membagi-bagi atau menggolong-golongkan. Misalnya, seseorang dihadapkan pada 15 kata untuk dihafal, yaitu kursi, anjing, bis, sepeda motor, lampu, meja, kucing, sedan, truk, sapi, luwak, karpet, tikus, ikan, dan bajaj. Akan sulit untuk menghafal 15 kata ini sekaligus, apalagi dalam urutan sesuai penyajian. Akan jauh lebih mudah dan akan lebih baik hasilnya bila ke-15 kata itu dikelompokan dahulu dalam tiga kelompok yaitu hewan, alat rumah tangga, dan kendaraan. Yang termasuk kelompok hewan dipelajari dahulu, kemudia yang termasuk dua kelompok lainya. Dengan demikian 15 hal dikurangi menjadi tiga hal dasar (clustering), yang satu demi satu dipelajari dan dimasukan kedalam ingtan jangka panjang. Terdapat banyak indikasi bahwa pengorganisasian dan sistematisasi selama pengolahan materi dalam ingtan kerja, meningkatkan mutu penyimpanan dalam ingtan jangka panjang dan mempermudah serta mempertajam penggalian informasi yang tersimpan, meskipun belum seluruhnya jelas mengapa hal ini demikian.
Uraian tentang perluasan dan organisasi yang disajikan di tas mengundang beberapa implikasi bagi proses mengjar dan belajar di sekolah. Pertama, perlu diingat bahwa ingatan kerja terbatas baik dalam kuantitas bahan baru yang dapat dicernakan maupun dalam lama waktunya yang tersedia untuk pengolahan, sebelum terdesak keluar kedalam ingatan jangka panjang atau menghilang sama sekali. Bilaman guru mengadakan metode ceramah,banyaklah ide baru yang disampaikan kepada siswa untuk ditampung dalam sejumlah proposisi, belum tentulah bahwa semua informasi baru jadi diolah dengan baik karena terlalu banyak yang harus diolah sekaligus, atau karena siswa mengadakan perluasan spontan pada satu-dua ide dan sudah tidak memperhatikan ide lainya (jai tidak pernah diolah, jangankan masuk kedalam ingtan panjang; aka keluar dan menghilang!). maka disarankan supaya jumlah ide yang disajikan dibatasi, antara lain dengan mengadakan “clustering”, dan mengulang-ulang ide-ide pokok dengan berbagai cara. Kedua, pada umumnya siswa harus dibantu dalam hal perluasan dan organisasi serta dirangsang untuk melakukanya. Perluasan dapat ditingkatkan dengan menunjukan hubungan dengan materi lama yang relevan atau hubungan dengan sesuatu yang relevan di luar bidang studi, dengan minta siswa untuk membayangkan masukan/informasi baru, dengan menggunakan media pengajaran audiovisual, dengan mengadakan perbandingan dengan hal yang lain, dengan menanyakan koneksi yang dibuat oleh siswa sendiri, dengan menyuruh mencari contoh-contoh, dn lain sebagainya. Organisasi materi dapat ditingkatkan dengan memberikan suatu introduksi yang memuat garis-garis besar dari materi yang harus dipelajari, dengan menggolong-golongkan hal-hal tertentu sesuia dengan konsep baru yang harus dipelajari tau konsep lama yang sudah dimiliki, dengan membuat catatan tentang hal-hal pokok di papan tulis, dengan bertanya-tanya tentang kesimpulan yang dapat ditarik, dan lain sebagainya. Ketiga, mengingat tuntutan tentang perluasan, organisasi dan kebermaknaan materi pelajaran, guru harus menentukan apakah buku-buku pelajaran yang digunkan oleh siswa sesuai atau tidak. Belum tentulah bahwa buku pegangan yang berjudul sebagai “buku pelajaran” memenuhi tuntutan itu.
Seseorang yang sudah ahli dalam suatu bidanng dan yang bukan, dapat dibedakan terutama berdasarkan pengetahuan procedural yang mereka miliki; yang pertama jauh lebih mahir dalam menentukan pola-pola umum dan jauh lebih cekatan dalam mengadakan operasi mental dengan menggunakan lambang seperti kata dan bilangan. Kenyataan ini dapat mudah disaksikan bila dibandingkan cara beroperasi seorang kampium catur dan seorang amatir, seorang ahli fisika yang sudah berpengalaman lama dengan seorang mahasiswa ilmu fisika yang baru mulai studinya, seorang dokter ahli kandungan senior dengan seorang yng masih junior. Seorang siswa yang masih belajar jenjang pendidikan menengah tidak dituntut unntuk menunjukan kemahiran yang setaraf dengan seorang ahli dalam bidang ilmu tertentu, tetapi siswa itu boleh dituntut untuk menguasai kemampuan dasar, seperti barbahas baku dengan tepat, berhitung dengan tepat dan tahu cara mendekati berbagai persoalan dalam bidang studi yang digelutinya. Maka, para psikolog kognitif menyelidiki bagaiman pengetahuan procedural diperoleh dan bagaiman siswa dapat dibantu untuk memperolehnya. Dibedakan antara dua macam pengetahuan procedural, yaitu tahu cara mengenal suatu pola (pattern-recognition) dan tahu cara merangkaikan/menguratkan sejumlah langkah operasional terhadap lambing-lambanng (action-seguence). Kedua macam pengetahuan biasanya aktif bersama sehingga tidak dapat dipisahkan, meskipun tetap harus dibedakan karena proses belajar yang melandasinya berlainan. Kedua-duanya dapat dituangkan dalam perumusan: jika…, maka…, atau: kalau…, lalu…; tetapi apa yang berlangsung dalam alam pikiran subyek tidak seluruhnya bersama. Misalnya, bila orang sudah mengetahui apa ciri-ciri khas dari suatu computer pada sala satu di antara alat-alat itu. Cara berpikirnta ialah: kalau saya melihat suatu alat elektronik yang mempunya ciri-ciri… ini… ini… ini… dan ini, lalu saya akan mengatakan “inilah komputernya” dan mengambilnya. Setelah ciri-ciri dikenal, diambil kesimpulan bahwa alat itu adalah computer. Pengetahuan procedural macam ini melandasi kemampuan untuk menggolong-golongkan obyek, seperti terjadi dalam pembentukan konsep dan penggunaan konsep (pengertian) bila dituntut mengadakan klasifikasi. Lainkah sifat prestsi bila dirangkaikn suatu urutan lngkah operasionl terhadp lmbang mental danverbl, misalnya bila seseorang diminta menruh sebuah bola di alas miring, tanpa bola itu mengelinding ke bawah. Tugas ini dpat dikerjkn dalam pikiran dahulu, kemudian melaksanakanya. Cara berpikirnya ialah: jika akhirny beda yang bulat ini harus dicegah menggelinding ke bawah, maka saya akan menaruh bahan pelekat pada alas itu, dan kemudian menaruh bola diatas lapisan lem, dan kemudian memegang bola itu sampai lem yng mengenai permukaan bola itu mongering sehingga bola tertahan. Macm pengetahuan procedural ini melandasi kemampuan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan menurut suatu urutan yng mencerminkn keteraturan, lebih dahulu secara mental dan kemudian juga dalam kenyatan bila dibutuhkan. Dari kedua contoh itumenjadi jelas pula, bahwa pada pengenalan suatu pola sesudah kata “maka” atau “lalu” hanya terjadi satu kegiatan yaitu mengklasifikasikan, sedangkanpada perangkian langkahoperasional terjadi beberppa kegitan.
Banyak pola dipelajari tanpa melalui proses belajar-mengajar yang formal dn langsung, seperti dpat disaksikan pada nk kecil yang memperoleh mikil kosa-kata yang cukup luas. Anak belajatr nama-nama yang memang sudah tersedia untuk menunjukan obyek tertentu. Melalui generalisasi dan diskriminasi anak belajar untuk memberikan reaksi yang sama, yang berupa kata tertentu, pada aneka obyek yang memiliki beberapa ciri/atribut yang sama. Anak kecil akan belajar banyak konsep konkret yang menunjukan pada sekian obyek dalamlingkungan fisik; sejak dia masuk jalur pendidikan formal akan ditambah banyak konsep yang didefenisikan, sebagaimana telah dijelaskan di bagian B, 3, b dalam Bab ini. Adanya generalisasi menjelaskan bagaimana orang dapat menggolongkan/mengklasifikasikan contoh-contoh baru dari suatu konsep, padahl mereka belum pernah menjumpai contoh itu. Dalam contoh yang baru itu dikenal kembali suatu pola yang sudah dipahami dan diketahui, misalnya mengenal (kembali) suatu “portable computer” meskipun belum pernah melihat model computer yang msuk dlam koper kecil. Namun, terdapat juga indikasi bahwa orang mengklasifikasikan bukan berdasarkan generalisasi, melaikan berdasarkan pencocokan atau analogi (instance matching). Dalam kasus ini suatu obyek baru dibandingkan dengan beberapa obyek mirip yang sudah dikenal, dan obyek lama yang menjadi contoh paling mirip dan paling dekat dengan yang baru, digunakan untuk menentukan golongan t=yang sesuai/cocok untuk obyek baru. Misalnya, orang yang menentukan seekor seranggga yang belum pernah dijumpainya dan ahkirnya mengklasifikasikan sebagai “ semut” karena paling mirip dengan serangga lain yang dikenal, yang tergolong kelompok semut. Dalam kenyataan manusia kiranya menggunakan baik generalisasi dengan menyimpan suatu skema konseptual atau prototipr dalam ingtannya mupun pencocokan atau analogi. Namun, kemampuan mengadakan klsifikasi secara luas dan mengenal (kembali) pola-pola tertentu, sangat mendukung kemampuan merangkaikan sejumlah langkah opersional terhadap lambing-lambang mental dan verbal. Oleh karena itu, belajar mengenal suatu pola bru dan mengenal kembali suatu pola lama mendapat perhatian khusus dalam pengajaran di sekolah. Khususny dalam belajar konsep baru generlisasi dan diskriminasi memegang peranan kunci, sebagaiman akn diuraikan kemudian.
Bilamana siswa harus mempelajari pola yng baru, mereka sebaiknya dihadapkn pada sneak contoh yng mengandung ciri/atribut relevan yang sama, meskipun berbeda mengenai ciri/atribut yang tidak relevan;atau dia memilih buku pelajaran yang menyajikan contoh yang demikian. Conto uang digunkan harus bervariadi luas dlam ciri/atribut yang tidk relevan. Jangan sampai terbentuk konsep yang terlalu sempit dan pola yang dipelajari kurng luas. Misalnya bilaman diajarkan konsep “perawat” di sekolah dassr, janganlah hanya disajikan gambar perawat wanita atu disajikan cerita tetang wanita saja yang merawat orang sakit. Kalau demikian siswa akhirnya akan memperoleh suatu skema konseptual tentang perawat yang mesti berjenis kelamin perempuan; padahal jenis kelamin perempuan bukan ciri/atribut releva untuk seorang perawat. Disajikannya aneka contoh yang mengena menunjung diadakannya generalisasi, sehingga jajaran obyek yang tertampung dalam skema konseptual semakin luas. Sebaliknya, diskriminasi membatasi jajaran obyek itu yaitu mengecualian sejumlah obyek dari skema konseptual yang sedang dipellajari. Misalnya, bilamana siswa di sekolah menengah sedang mempelajari semua obyek dapat ditemukan di sebuah gua,dia harus menjaga diri terhadap kekacauan dalam pengertian dan mengadkan diskriminasi antara stalaktit dan stalagmite. Perlu disajikan contoh/gambit dari sebuah stalaktit, yang segera diikuti oleh contoh gambar stalagmite. Gambar yang terakhir adalah suatu noncontoh, artinya contoh yang tidak memiliki ciri/atribut yang khas bagi suatu stalaktit yaitu berdiri tegak.        
J. R. Anderson, aeorang pakaar psikologi kognitif, membayangkan proses belajar menguasai suatu rangkaian langkah operasional sebagai berikut; uratan langkah yang harus diambil disajikan kepada dirinya dalam bentuk diskrimanitf, yaitu serangkaian proposisi, kemudian rangkaian langkah operasional mulai dilaksanakan pelan-pelan; akhirnya berbentuklah pergantian warna lampu lalu lintas dari merah ke hijau; pasanglah kembali persenelling satu; tancapkan gas pelan-pelan; gantikanlah persenelling satu ke persenelling dua; dan seterusnya. Dalam empat langkah ini terdapat empat proposisi yang masing-masing memiliki unsur relasi dan unsur topik/satuan, yang digali dari ingatan dan yang menyertai/menutnun rangkaian tindakan yang dilakukan. Komplikasi pengetahuan ini dibayangkan sebagai suatu proses tersendiri dengan dua unsur yaitu pembentukan prosedur dan komposisi. Dalam pembentukan prosedur diperoleh pengetahuan deklaratif mengenai urutan operasi yang harus dilakukan.
Komposisi  merupakan unsur kedua dalam komplikai pengetahuan. Melalui komposisi semua langkah dalam keseluruhan rangkaian lagkah operasional dihubungkan satu sama lain. Kemudian produksi yang ketiga dihubungkan dengan produksi yang baru tadi (hasil produksi satu dan dua), dan seterusnya. Dalam suatu rangkaia operasi mental terhadap lambang melulu, seperti kata dan angka, terjadinya komposisi ini sulit dibayangkan, lebih mudah dibayangkan komposisi ini dalam rangkaian operasi mental yang menyertai fase latihan dalam belajar keterampilan motorik, di mana ingatan kerja juga sangat aktif. Namun, siswa di sekolah harus memperoleh sejumlah produksi (pengetahuan prosedual) yang menuntut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah langkah operasional yang berlangsung, belajar menyusun kalimat bahasa asing menurut kaidah tertentu, dan memperoleh kemahiran dalam membaca.
Belajar pengetahuan prosedual ditunjang melalui latihan. Alasannya ialah pada waktu diadakan latihan dua mata rantai dari keseluruhan prosedurr atau dua produksi dalam keseluruhan operasi mental sedang berada dalam ingatan kerja, sehingga dapat diintegrasikan melalui komposisi sebagaimana dijelaskan di atas. Latihan harus disertai pemberian umpan balik informatif (feedbackI, yaitu pemberitahuan tentang hasil yang diperoleh sampai sekarang dan tentang kekurangan yang mungkin masih ada. Diperlukannya latihan dan umpan balik informatif selama proses penguasaan pengetahuan prosedual berlawanan dengan persyaratan yang berlaku pada proses belajar pengetahuan deklaratif, di mana latihan dan pemberian umpan balik tidak dibutuhakan bila tujuannya adalah memahami dengan melalui perluasan dan organisasi. Namun, latihan dalam memperoleh pengetahuan prosedual harus disertai pengenalan kembali pola-pola tertentu, supaya penerapan rangkaian langkah operasional tepat dan mengena.

·         Belajar Memecahkan problem
Selama siswa belajar di sekolah, dia akan dihadapkan pada soal-soal untuk dipecahkan dan diatasi (problem salving). Tugas mencari penyelesaian atas suatu soal yang pemecahannya belum diketahui malah merupakan suatu pengalaman di sekolah yang dirancang oleh tenaga pe ngajar. Para psikolog kognitif menaruh banyak perhatian pula pada proses menghadapi dan mengatasi suatu soal dengan menggunakan kemampuan berpikir (problem salving). Berkat kemampuan dalam teknologi elektronika dimungkinkan sekarang untuk merancang studi penelitian mengenai aspek dalam bergulat mengatasi suatu problem. Meskipun demikian, masih banyak hal yang belum sepenuhnya jelas, sehingga belum dapat diberikan petunjuk yang pasti kepada tenaga pengajar tentang bagaimana sebaiknya meningkatkan kemahiran siswa dalam menyelesaikan suatu problem.Namun, dapat disajikan suatu cara memandang atau suatu model berpikir tentang menghadapi dan mengatasi persoalan, dan dari situ meunjukkan beberapa tindakan intruksional untuk disarankan kepada tenaga pengajar.
Menurut pandangan aliran pengolahan informasi (information processing) orang menghadapi problem bila ada tujuan yang ingin dicapai, tetapi belum ditemukan sarana untuk sampai pada tujuan itu. Melalui gambaran mental atau melalui proposisi problem direpresentasikan dalam igatan kerja subyek. Kalau bentuk dan isi representasi itu tepat, yaitu sungguh-sungguh mewakili problem yang dihadapi, pemecahannya dapat ditemuakan melalui simpanan informasi yang diaktifkan.
Dalam menghadapi suatu problem orang dapat menggunakan berbagai strategi atau siasat, yaitu urutan langkah operasional mental tertentu untuk menentukan penyelesaian, strategi atau siasat itu termasuk pengetahua prosedual dan sekali telah menjadi milik seseorang, dalam penerapannya tidak diseratai taraf kesadaran yang tinggi. Di antara strategi itu ada yang dapat dipergunakan secara luas karena tidak terikat pada bidang ilmu atau bidang studi tertentu, ada pula yang bersifat spesifik karena terikat pada bidang tertentu. Siasat yang bersifat umum ada yang bercirikan membatasi pencarian pemecehan bilamana kelihatannya terdapat banyak sarana untuk sampai pada penyelesaian soal, ada pula yang bercirikan memperluas pencarian pemecehan bila sarana yang telah dipertimbangkan tidak membawa hasil yang diharapkan. Strategi yang bersifat spesifik berkaitan erat dengan cara merepresentasikan problem dalam ingatan kerja dan dengan pengetahuan serta pemahaman terstruktur yang dimiliki oleh seseorang.
Bilamana orang dihadapkan pada problem yang pemecahannya sudah diusahakan melalui berbagai jalan rutin dan belum ditemukan, disarankan, untuk memperluas pencarian pemecahan. Dua cara yang dapat digunakan ialah berpikir melalui analogi dan merencanakan secara spontan usul banyak mengenai jalan yang dapat ditempuh (brainstroming).  
Oendapat Ellen D. Gagne (1985), berpikir secara analog merupakan suatu siasat pemecahan problem yang kuat, tetapi akgaknya banyak orang kurang mahir dalam memanfaatkannya, diduganya bahwa alasannya bahwa alasannya ialah kekurangan dalam pengetahuan deklaratif dan perbedaan dalam bentuk representasi soal dalam ingatan kerja. Cara yang kedua (brainstroming) berarti mengemukakan usul pemecahan sebanyak mungkin tanpa menilai derajat keaktifannya dahulu, kemudian ditetapkan kriteria untuk menilai ektivitas dari usul-usul yang diajukan. Akhirnya dipilih jalan/sarana pemecahan yang paling baik. Terdapat indikasi bahwa cara yang kedua ini dapat menghasilkan pemecahan yang lebih baik daripada bila orang sekedar mencoba-coba saja. Namun, di sini pun disuga kuat bahwa kualitas usul-usul yang diajukan berkaitan dengan kuantitas pengetahuan deklaratif yang dimiliki seseorang.

E.     Fungsi Kognitif Bagi Pribadi Siswa
Melalui fungsi kognitif manusia menghadapi objek dalam bentuk representif yang menghadirkansemua objek itu dalam kesadaran. Hal ini paling jelas nampak dalm aktivitas mental berpikir.
1.      Tarif inteligemsi daya kreativitas. Istilah “intelegensi” dapat diartikan dengan dua cara, yaitu:
a.       Arti luas: kemampuan untuk mencapai prestasi, yang di dalamnya berpikir memegang peranan. Prestasi itu dapat diberikan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pergaulan sosial, teknis, perdagangan, pengatyran rumah tangga dan belajar di sekolah
b.      Arti sempit: kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah, yang didalamnya berpikir memegang peranan pokok. Intelegensi dalam arti ini, kerap disebut “kemampuan intelektual” atau “kemampuan akademik”.
Didalam intelegensi terdapat beberapa komponen, seperti intelegensi sosial, intelegensi praktis, intelegensi teoritis. Berbagai komponen itu tidak berperan sama besar dalam memberikan prestasi di berbagai kehidupan, misalnya dalam pergaulan sosial komponen intelegensi sosial berperan lebih banyak. Komponen atau unsur itu juga tidak sama-sama kuat dalam intelegensi yang dimiliki seseorang; pada orang A komponen intelegensi lebih kuat. Maka, mungkin aja bahwa siswa A berprestasi lebih tinggi dalam sebuah bidang studi yang menuntut banyak pemikiran teoritis, sedangkan siswa B berperstasi lebih tinggi dalam banyak bidang studi yang bersifat praktis (perbedaan inter-individual). Bahkan, siswa C mungkin lebih tinggi dalam banyak bidang studi yang kedua (perbedaan antar-individual).
Mengenai hakikat intelegensi, belum ada kesesuaian pendapat di antara para ahli. Variasi dalam pendapat nampak bila pandangan ahli yang satu dibandingkan dengan pendapat ahli yang lain, khususnya pendapat dari:
a)      Terman: intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.
b)      Thorndike: intelegensi adalah kemampuan untuk menghubungkan reaksi tertentu dengan perangsang tertentu pula, misalnya orang mengatakan “meja”, bila melihat sebuah benda yang berkaki empat dan mempunyai permukaan yang datar. Maka, makin banyak hubungan (koneksi) semacam itu yang dimiliki seseorang, makin intelegensilah orang itu.
c)      Spearman: intelegensi merupakan hasil perpaduan antara faktor umum dan sejumlah faktor khusus. Faktor umum (faktor g) berperan dalam semua bentuk berprestasi, sedangkan faktor-faktor khusus berperan dalam suatu bentuk prestasi tertentu, seperti berkemampuan bahasa, bekemampuan matematis.
d)     Thurstone: intelegensi merupakan kombinasi dari berbagai kemampuan dasar (primary abilities). Kemampuan yang bersifat dasar itu disebut “faktor-faktor utama” dan berjumlah tujuh, yaitu faktor bilangan, ingatan, penggunaan bahasa, kelancaran kata-kata, pemecahan problem, kecepatan dan ketepatan dalam mengamati, pengamatan ruang, variasi dalam corak intelegensi pada orang-orang timbul karena variasi dalam perpaduan di antara semua faktor itu.
e)      Guilford: intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus. Dibedakan antara dimensi intelegensi: operasi intelektual, materi bagi operasi intelektual, produk yang diperoleh sebagai hasil dari operasi tertentu terhadapt materi tertentu.
f)       Wechsler: intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tinjauan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
g)      Binet: intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyususnan dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.
h)      Gardner: mengembangkan pandangan bahwa terdapat beberapa macam intelegensi yang dapat dibedakan yang satu dari yang lain. Dia mencatat bahwa kerusakan pada bagian otak tertentu mengakibatkan gangguan terhadap intelegensi yang satu, tetapi tidak terdapat intelegensi yang lain. Di samping itu, dikemukakannya bahwa orang kerap mencolok dalam satu intelegensi, tetapi tidak menunjukan kemmapuan tinngi dalam intelegensi yang lain. Jumlah intelegensi yang disebutkan adalah tujuh, yaitu kemampuan dlam berbahasa; kemampuan dalam berpikir secra logis atau matematika; kemampuan dalam pengamatan ruang; kemampuan dalam produksi dan ekspresi musik; kemampuan dalam mengontrol gerak jasmani; kemampuan dalam bergaul dengan orang lain; kemampuan dalam mengenal diri sendiri.
i)        Sternberg: mengemukakan pandangan yang dikenal dengan nama: Teori triarkhis mengenai intelegensi, artinya teori yang mengandung tiga bagian. Bagian pertama menyangkut berbagai proses mental yang menjadi komponen pokok dalam operasi mental terhadap reprensiansi dari objek-objek dalam alam pikiran. Bagian kedua menyangkut kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan baru secara efektif, dan mencapai taraf kemahiran dalam berfikir sehingga mudah berhasil dalam mengatasi segala permasalahn yang muncul. Bagian ketiga dalam teori Sternberg menyoroti kemampuan untuk menepatkan diri sendiri dalam lingkungan yang memungkinkan akan berhasil, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan itu dan untuk mengadakan perubahan terhadapt lingkungan itu bila perlu.
            Torrance telah mengembangkan dua macam  tes kreativitas, yang satu verbal dan yang lain grafis. Dalam tes yang pertama subjek dituntut mengerjakan berbagai soal dengan menggunakan bahasa, misalnya memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin cara memanfaatkan sebuah kaleng bekas. Dalam tes yang kedua subjek disuruh untuk mengerjakan beberapa tugas tanpa menggunakan bahasa, misalnya membuat sejumlah gambar yang masing-masing membuat dua garis vertikal yang paralel. Semua soal/tugas itu diberi skor tiga komponen, yaitu orisinalitas (sangat sedikit orang menghasilkan pikirkan seperti itu), variasi (beberapa jumlah jawaban yang berbeda), dan fleksibilas (beberapa jumlah golongan jawaban yang berbeda).
Yang terakhir ini adalah kemampuan untuk berhasil di sekolah menengah umum. Semakin tinggi kemampuan belajar, samakin besar kemungkinan untuk berhasil di jenjang itu dengan taraf keberhasilan yang semakin tinggi pula.
Bakat khusus merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu, misalnya dibidang studi matematika atau bahasa asing. Orang sering berpendapat, bahwa semua bakat khusus merupakan sesuatu yang langsung diturunkan oleh orang tua, misalnya bakat khusus dibidang matematika diperoleh oleh orang tua melalui proses generasi biologis.
Hanya dalam bakat khusus terdapat pengaruh keturunan yang lebih langsung, yaitu bakat dibidang musik, berbicara bahas asing dan disatu dua bidang olahraga. Namun, yang terakhir ini pun tak akan nampak jelas pada awal pada masa remaja, karena baru pada masa itu anak telah memperoleh cukup banyak pengalaman, sehingga terbentuk suatu bakat khusus.
Organisasi kognitif menunjuk pada materi yang sudah dipelajari, disimpan dalam ingatan; apakah tersimpan secara sistematis atau tidak. Hal ini sangat bergantung pada cara materi dipelajari dan di olah; makin mendalam dan makin sistematis pengolahan materi pelajaran, makin baiklah taraf organisasi dalam ingatan itu sendiri. Kalu semua itu tersimpan dalam ingatan secara terorganisasi, siswa berkemampuan belajar lebih besar dari pada siswa yang telah mempelajari banyak hal, tetapi tidak pernah menciptakan suatu bebtuk organisasi yang serasi dalam ingatan.
Kemampuan berbahasa mencakup kemampuan untuk menangkap inti suatu bacaan dan merumuskan pengetahuan dan pemahaman yang di peroleh itu dalam bahasa yang baik, sekurang-kurangnya bahasa tertulis. Mengingat kaitan yang ada antara berpikir yang tepat dan berbahasa yang benar, maka tidak mengherankan bahwa siswa yang kurang mampu berbahasa, tertinggal dibelakang dibanding dengan siswa yang berbahasa baik.
Daya fantasi berupa aktifitas kognitif yang mengandung banyak pikiran dan sejumlah tanggapan. Yang bersama-sama menciptakan sesuatu dalam alam kesadaran. Dalam alam fantasi orang tidak hanya menghadirkan kembali hal-hal yang pernah diamati, tetapi menciptakan sesuatu yang serba baru. Misalnya, tanggapan “semut sebesar gajah” bukanlah sesuatu yang pernah diamati, meskipun materi untuk tanggapan itu, yaitu semuat dan gajah, berasal dari pengalam sensorik yang konkret. Dalam alam fantasi semuanya mungkin saja terjadi, karena subjek bebas dari keterikatan pada realitas fisik; dengan demikina terciptalah hal-hal yang imaginatif.
Dibedakan antara fantasi yang disadari dan yang tidak disadari. Misalnya, seorang sastrawan yang mengarang kisah roman, bergerak dalam alam fantasi secara sadar, sedangkan seorang anak kecil yang menceritakan sesutau yang sebenarnya tidak terjadi, bergerak dalam alam fantasi tanpa menyadari hal itu.
Daya fantasi mempunyai kegunaan kreatif, antipasif, rekreatif dan sosial. Fantasi dapat berguna dalam menciptakan sesuatu yang  baru (kreasi), dalam membayangkan kejadian mendatang dan mempersiapkan diri menghadapi kejadian itu (antisipasi), dalam melepaskan diri dari ketengangan hidup sehari-hari (rekreasi) dan dalam menempatkan diri dalam situasi hidup orang lain (sosial). Dalam pendidikan sekolah, daya fantasi dapat membantu siswa pula, misalnya dalam rangka kegiatan ekspresi (kreasi) dan bidang studi ilmu sosial seperti geografi dan sejarah (sosial).
Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas dari siswa. Gaya belajar mengandung beberapa komponen, antara lain gaya kognitif dan tipe belajar. Gaya belajar kognitif adalah cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati dan beraktivitas mental dibidang kognitif. Cara khas ini bersifat sangat individual yang kerap kali tidak disadari dan, sekali terbentuk, cenderung bertahan terus. Dewasa ini dibedakan empat gaya kognitif yaitu:
a.       Kecenderungan untuk mengamati dan berpikir secara analitis. Sesuatu yang dipelajari ditinjau dari beberapa sudut dan seolah-olah dibagi atas beberapa bagian yang masing-masing diperdalam, untuk kemudian digabung lagi. Gaya seperti ini dilawankan dengan kecenderungan untuk mempelajari sesutau secara golbal tanpa mengadakan pemotongan atau pembagian.
b.      Ketahanan terhadap kecenderungan untuk meninggalkan arah atau cara yang telah dipilih dalam mempelajari sesuatu. Sekali dipilih suatu cara yang dinilai tepat, apakah cara itu mudah ditinggalkan untuk diganti dengan cara lain yang nampaknya lebih mudah, tetapi sebenarnya kurang tepat.
c.       Luas sempitnya pembentukan pengertian (konseptualisasi); apakah seseorang cenderung untuk mebentuk konsep-konsep yang luas atau yang lebih terbatas. Yang pertama mencakup banyak hal sekaligus, yang kedua mencakup beberapa hal saja.
d.      Kecenderungan untuk sangat memperhatikan perbedaan antara objek atau kurang memperhatikannya. Hal ini terutama menyangkut pengamatan yang dalam belajar dapat memegang peranan penting.
Kecenderungan ini mungkin dipengaruhi oleh gaya kognitif yang mendasarinya, yaitu bereaksi dengan sangat cepat, namun kurang tepat (implusif). Dengan meningkatkan umur anak pada umumnya menjadi lebih reflektif, namun anak yang sejak umur muda cenderung bereaksi dengann ceoat tidak akan berbalik menjadi orang yang bereaksi reflektif. Siswa yang cenderung untuk terlalu implusif dalam bersepsi dan mengerjakan sutau tugas belajar, harus dibantu untuk bekerja dengan lebih lambat, misalnya dengan menganjurkan supaya membaca soal dalam secara teliti dan menjawabnya secara terencana.
Mengenai kemungkinan meningkatkan taraf intelegensi, para ahli cenferung berpandangan agak optimis, kalau dilakukan sebelum anak masuk sekolah dasar. Kemungkinan itu dianggap lebih kecil, bila siswa berada pada tahap pendidikaan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan tingkat Pertama. Setelah masuk sekolah Lanjutan Tingkat Atas , peningkatan yang berarti kiranya tidak dapat diharapkan , lebih-lebih kalau selama tahun-tahun sebelumnya hal itu sama sekali tidak diusahakan. Bahkan ada pengarang yang berpendapat, bahwa taraf intelegensi, sejauh diukur dalam tes intelegensinumum (General Intelegence Test), tidak dapat diharapkan akan meningkatkan secara berarti sesudah umur 10 tahun; misalnya Benyamin Bloom dalam bukunya Human Charakteristics and Scool Learning.
           














BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
       Dengan mempelajari psikologi, berarti kita berusaha untuk mengenal manusia, mengetahui aspek-aspek kepribadian manusia dan memahami agar dapat menguraikan dan menggambarkan tingkah laku manusia.
Salah satu aspek kepribadian itu misalnya keterbukaan, yaitu sikap terbuka terhadap dunia luar, sikap mau memahami perasaan orang lain, sikap mudah menerima pendapat orang lain dan sikap ini bersifat menetap dan menjadi ciri bagi orang yang bersangkutan, yang individual dari orang tersebut.

3.2. Saran
        Penulis menyadari banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini, maka penulis meminta maaf atas kekurangan yang penulis lakukan. Maka penulis meminta kritik dan sarannya dari rekan-rekan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.










DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
S. J, W.S. Winbel. 2009. Psikologi Pengajaran. Djogyakarta: Media Abadi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar