Sabtu, 23 November 2013

MAKALAH PSIKOLOGI BEHAVIORISME

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Psikologi Behaviorisme adalah salah satu ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku seseorang. Dengan mempelajari Psikologi Behaviorisme ini kita dapat mengetahui tentang hal tersebut. Sistem Psikologi Behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya.Psikologi behaviorismememaknai psikologi sebagai studi tentang perilaku dan sistem ini mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad 20 Amerika Serikat.
Alasan kita mempelajari tentang Psikologi Behaviorisme adalah agar kita mengetahui mengenai makna dari psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita juga akan  menjadi tahu hal-hal yang mungkin belum kita ketahui dalam Psikolgi Behaviorisme tersebut, karena dengan kita mempelajarinya bertambahlah wawasan kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu.Selain itu kita dapat mengetahui pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para tokoh-tokoh, juga akan dibahas mengenai terapi tingkah laku (behavioristik), aplikasi Teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa, dan lain-lain.
Dalam Psikologi behaviorisme ini kita akan mengetahui apa saja yang terdapat di dalamnya. Ruang lingkup yang akan dibahas pada makalah ini adalah kita dapat mengetahui pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para tokoh-tokoh, juga akan dibahas mengenai terapi tingkah laku (behavioristik), aplikasi Teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa, dan lain-lain. Dengan mempelajari semua itu kita akan menambah wawasan kita mengenai Psikologi Behaviorisme.

1.2   Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
-          Untuk mengetahui makna dari Psikologi Behaviorisme
-          Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang Psikologi Behaviorisme
-          Untuk mengetahui terapi tingkah laku (behavioristik)
-          Untuk mengetahui aplikasi teori Behaviorisme terhadap pembelajaran siswa

1.3   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan Psikologi Behaviorisme?
2.      Uraikan sejarah Psikologi Behaviorisme!
3.      Sebutkan tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang Psikologi Behaviorisme!
4.      Bagaimana cara terapi tingkah laku (behavioristik)?
5.      Bagaimana mengaplikasikan teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?

BAB II
ISI (TEORI DAN PEMBAHASAN)
              
2.1 Pengertian Psikologi Behaviorisme
     Psikologi Behaviorisme adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Sistem psikologi behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya. Psikologi Behaviorisme memakna psikologi sebagai studi tentang prilaku dan sistem ini mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad ke-20 di Amerika Serikat. Dalam pandangannya, perilaku yang dapat diamati dan dikuantifikasi memiliki maknanya sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa mental yang mendasarinya.
2.2 Sejarah Psikologi Behaviorisme
Awal mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan gerakan ini secara formal diawalioleh seorang psikologAmerika bernama John Broadus Watson (1878-1958) dengan makalahnya berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” dan dipublikasikan pada tahun 1913.Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang dapat diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu pengetahuan psikologi.Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif dan pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi Amerika
Psikologi behaviorismesebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli lingkungan.Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi.Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristikyang secara umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan.
Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada refleksiologi.Meskipun penelitian tentang perolehan refleks dilakukan sebelum diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini sebagian besar dilakukan oleh peneliti berkebangsaan Rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).Tetapi kelompok ilmuwan Rusia tersebut memberikan dampak besar bagi behaviorisme setelah publikasi tulisan-tulisan Watson dan berperan sebagai kekuatan untuk memperluas formulasi aslinya.

2.3 Tokoh-Tokoh Psikologi Behaviorisme
     Di bawah ini merupakan tokoh-tokoh yang mempunyai pandangan terhadap Psikologi Behaviorisme, antara lain :

1.      JOHN WATSON
John Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
a.       Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.
     Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
b.      Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science.
     Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran atau mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
c.       Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.

Pandangan Utama Watson
1.                Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology)
Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned.
2.                Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku
Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3.                Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja
Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi, bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
4.                Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, makapsikologi harus menggunakan metode empiris
Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
5.                Secara bertahap Watson menolak konsep insting
Mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
6.                Konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya.
Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
7.                Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James
Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan atau dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
8.                Proses thinking and speech terkait erat.
Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
9.                Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
Jadi, psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.


2.      BURHUSS FREDERICK SKINNER
B.F. SKINNER kebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behaviorisme dengan pendekatan model intruksi langsung dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Dimana operant conditioning ini diartikan sebagai suatu proses perilaku operant (penguatan positif dan negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Pertama kita perlu mengetahui apa arti dari Behaviorisme.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.
Pernyataan yang dikemukankan oleh Skinner setelah melakukan
percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa prilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan pada dasarnya manusia tidak membawa apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimannya dari lingkungan sekitarnya. LINGKUNGAN YANG BURUK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA BAIK”.

3.      EDWARD LEE THOMDIKE (1874-1949 )
Menurut Thomdike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha (trials) dan kegagalan (error) terlebih dahulu.Oleh karena itu teori belajar ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thomdike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon mengikuti hukum-hukum betikut:
a.       Hukum kesiapan yaitu semakin siap organisme memperoleh perubahan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b.      Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
c.       Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.


4.      IVAN PETROVICH PAVLOV (1849-1936)
Pavlov meraih penghargaan Nobel dalam bidang psikology or medicine pada tahun 1904.Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika.Classic conditioning (pengkondisian ) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Pavlov mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah air liurnya. Kini sebelum makanan diperlihatkan maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar juga. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan , sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

5.      ROBERT GAGNE (1916-2002)
Menurut Gagne, belajar dimulai dari paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada yang lebih kompleks sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi dan prakteknya tetap mengacu pada asosiasi stimulus-respon.

6.      ALBERT BANDURA (1925-SEKARANG)
Teori belajar social Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi emosi orang lain. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikkan secara masal.

2.4 Terapi Tingkah Laku (Behavioristik)
Terapi tingkah laku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha melakukan pengubahan tingkah laku.Dalam penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan.Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada perubahan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur.[1]
1.      Pandangan Dasar
Sebelum kita mengulas tentang proses dan penerapan dari terapi ini, kita perlu tahu pandangan dasar dari terapi ini pada manusia itu sendiri. Dimana landasan pijakan terapi tingkah laku ini yaitu pendekatan behavioristik, pendekatan ini menganggap bahwa “Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari”.Ini merupakan anggapan dari behavioristik radikal. Namun behavioristik yang lain yaitu behavioristik kontemporer, yang merupakan perkembangan dari behavioristik radikal menganggap bahwa setiap individu sebenarnya memiliki potensi untuk memilih apa yang dipelajarinya. Ini bertentangan dengan prinsip behavioris yang radikal, yang menyingkirkan kemungkinan individu menentukan diri. Namun, meskipun begitu, kedua behaviorisme ini tetap berfokus pada inti dari behaviorisme itu sendiri yaitu bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.
Pendekatan tingkah laku memiliki ciri yang unik yang membedakannya dengan pendekatan yang lain, yaitu:
a)      Perhatian lebih berpusat pada tingkah laku yang tampak
b)      Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
c)      Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan
          masalah
d)      Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi
Jadi pada dasarnya, tujuan terapi ini adalah memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.


2.      Proses Terapi
a.       Tujuan terapi
Tujuan umum yaitu menciptakan kondisi baru untuk belajar.Dengan asumsi bahwa pemeblajaran dapat memperbaiki masalah perilaku.Sedangkan terapi perilaku kontemporer menekankan peran aktif klien dalam menentukan tentang pengobatan mereka.
b.      Fungsi dan peran terapis
Terapis behavior harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment yaitu dalam penerapan pengetahuan ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah para kliennya.Secara khasnya, terapis berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah pada tingkah laku yang baru.Fungsi penting lainnya adalah peran terapis sebagai model bagi klien. Bandura mengungkapkan bahwa salah satu proses fundamental yang memungkinkan klien bisa mempelajari tingkah laku baru adalah imitasi atau pencontohan sosial yang disajikan oleh terapis. Karena klien sering memandang terapis sebagai orang yang patut diteladani, klien sering kali meniru sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, dan tingkah laku terapis. Jadi, terapis harus menyadari peranan penting yang dimainkannya dalam proses identifikasi dari klien. Terapis yang tidak menyadari kekuatan yang dimilikinya dalam mempengaruhi dan membentuk cara berpikir dan bertindak kliennya, berarti terapis mengabaikan arti penting kepribadiannya sendiri dalam proses terapi.
c.       Pengalaman klien dalam terapi
Pengalaman klien dalam terapi sangat mempengaruhi keberhasilan terapi. Dimana bila klien tidak mau diajak bekerja sama atau aktif maka tipis kemungkinan keberhasilan dari terapi.
d.      Hubungan antara terapi dan klien
Hubungan antara terapi dan klien memberi kontribusi yang signifikan bagi proses perubahan perilaku. Sehingga terapis dituntut memilki skill yang tinggi dalam membangun rapport pada klien.

3. Penerapan Terapi : Teknik dan Prosedur
1) Training Relaksasi, merupakan teknik untuk menanggulangi stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang mana seringnya dimanifestasikan dengan simtom psikosomatik, tekanan darah tinggi dan masalah jantung, migrain, asma dan insomnia. Tujuan metode ini sebagai relaksasi otot dan mental.Dalam teknik ini, klien diminta rileks dan mengambil posisi pasif dalam lingkungannya sambil mengerutkan dan merilekskan otot secara bergantian.Hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik nafas yang dalam dan teratur sambil membanyangkan hal-hal yang menyenangkan.
2) Desensitisasi Sistemik, merupakan teknik yang cocok untuk menangani fobia-fobia, tetapi juga dapat diterapkan pada penanganan situasi penghasil kecemasan seperti situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi, kecemasan-kecemasan neurotik serta impotensi dan frigiditas seksual. Teknik ini melibatkan relaksasi dimana klien dilatih untuk santai dan keadaan-keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi.Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam.Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan tersebut terhapus.
3) Latihan Asertif, merupakan teknik terapi yang menggunakan prosedur-prosedur permainan peran dalam terapi. Latihan asertif ini akan membantu bagi orang-orang yang:
a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan/perasaan tersinggung
b. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain
    untuk mendahuluinya
c. Memiliki kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’.
d. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif
e. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri.
Fokus terapi ini adalah mempraktekkan kecakapan-kecakapan bergaul yang diperoleh melalui permainan peran sehingga individu-individu diharapkan mampu mengatasi ketidakmemadaiannya dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara terbuka disertai kenyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu.
4) Pencontohan (modelling methods), melalui proses pembelajaran observasi, para klien dapat belajar untuk melakukan tindakan-tindakan yang diinginkan tanpa proses belajar trial-and-error. Teknik dapat dilakukan untuk memodifikasi perilaku. Contohnya, seseorang yang takut ular, maka ketakutannya dapat dihilangkan atau direduksi dengan melihat orang lain yang tidak takut menghadapi ular.
5) - Self-Management Programs, Teknik ini mencoba menyatukan unsur kognitif dalam proses perubahan perilaku, dengan asumsi bahwa klienlah yang paling tau apa yang mereka butuhkan. Konselor yang mempertimbangkan apakah sesi terapi berjalan baik atau tidak, disini konselor merupakan mediator.
 - Self-Directed Behavior, merupakan teknik dimana perubahan perilaku diarahkan pada diri klien itu sendiri. Klienlah harus merasa bahwa terapi ini penting untuk mengatasi masalahnya.Contohnya, dalam masalah obesitas.Hal yang dapat dilakukan yaitu misalnya meminta klien untuk menuliskan program perubahan dirinya dalam diari. Jam berapa dan berapa kali ia akan makan. Jika ia tidak berhasil, ia harus menuliskan perasaan dan sebab-sebab hal tersebut didalam diarinya. Atau jika program telah dijalankan, klien dapat memberikan hadiah untuk dirinya sendiri misalnya pergi shopping.
6) Multimodal Terapi, didasarkan pada asumsi bahwa semakin banyak pengetahuan yang didapatkan klien selama terapi maka akan semakin sedikit kemungkinan klien akan mengalami masalah lamanya. Teknik ini menggunakan pendekatan BASIC ID (behavior, affective respons, sensations, images, cognitions, interpersonal relationships, dan drugs/biology).
2.5 Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran Siswa
     Dalam pembelajaran terhadap siswa, Psikologi Behaviorisme dapat diaplikasikan dengan cara sebagai berikut :
·         Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru
·         Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
·         Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
·         Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
·         Kesalahan harus segera diperbaiki
·         Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
·         Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Psikologi Behaviorisme adalah ilmu pisokologi yang mempelajari tentang tingkah atau perilaku manusia. Dengan kita mempelajarinya kita dapat mengetahui tentang hal ini. Dan tingkah laku seseorang salah satunya terbentuk karena proses meniru dan tingkah laku seseorang akan terbentuk sama dengan lingkungan dimana orang itu berada. Karena lingkungan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Seperti kata Skinner bahwa “Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik”. Dan tokoh-tokoh Psikologi Behaviorisme adalah John Watson, Thomdike, Pavlov, Gagne, dan Albert Bandura.


3.2 Saran
-          Sebaiknya kita harus mempelajari Psikologi Behaviorisme lebih mendalam lagi, agar mengetahui ilmu tentang tingkah laku
-          Untuk menjadi manusia yang baik, perhatikan kondisi lingkungan sekitar
-          Jangan terlalu terpengaruh oleh hal-hal buruk yang berada disekitar kita
-          Jadilah manusia yang baik dengan cara mengajak lingkungan yang tidak baik menjadi baik dan tidah mudah terpengaruh






















DAFTAR PUSTAKA


Tanu, S. (2008). How To Create A Superbaby. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
            Indonesia
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
            PT Refika Aditama




[1]Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar