BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Psikologi Behaviorisme adalah salah
satu ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku seseorang. Dengan
mempelajari Psikologi Behaviorisme ini kita dapat mengetahui tentang hal
tersebut. Sistem Psikologi Behaviorisme ini
merupakan transisi dari sistem sebelumnya.Psikologi behaviorismememaknai psikologi sebagai studi tentang
perilaku dan sistem ini mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad 20
Amerika Serikat.
Alasan kita mempelajari tentang
Psikologi Behaviorisme adalah agar kita mengetahui mengenai makna dari
psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita juga akan menjadi tahu hal-hal yang mungkin belum kita
ketahui dalam Psikolgi Behaviorisme tersebut, karena dengan kita mempelajarinya
bertambahlah wawasan kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu.Selain itu
kita dapat mengetahui pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini
dari para tokoh-tokoh, juga akan dibahas mengenai terapi tingkah laku
(behavioristik), aplikasi Teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa, dan lain-lain.
Dalam
Psikologi behaviorisme ini kita akan mengetahui apa saja yang terdapat di
dalamnya. Ruang lingkup yang akan dibahas pada makalah ini adalah kita dapat mengetahui
pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para tokoh-tokoh,
juga akan dibahas mengenai terapi tingkah laku (behavioristik), aplikasi Teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa, dan lain-lain. Dengan mempelajari semua itu kita akan menambah wawasan
kita mengenai Psikologi Behaviorisme.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
-
Untuk mengetahui makna dari Psikologi
Behaviorisme
-
Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang
mengemukakan tentang Psikologi Behaviorisme
-
Untuk mengetahui terapi tingkah laku
(behavioristik)
-
Untuk mengetahui aplikasi teori
Behaviorisme terhadap pembelajaran siswa
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari penulisan makalah ini adalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan Psikologi Behaviorisme?
2. Uraikan
sejarah Psikologi Behaviorisme!
3. Sebutkan
tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang Psikologi Behaviorisme!
4. Bagaimana
cara terapi tingkah laku (behavioristik)?
5. Bagaimana
mengaplikasikan teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
BAB II
ISI (TEORI DAN PEMBAHASAN)
2.1 Pengertian Psikologi Behaviorisme
Psikologi Behaviorisme adalah ilmu
psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Sistem psikologi
behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya. Psikologi
Behaviorisme memakna psikologi sebagai studi tentang prilaku dan sistem ini
mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad ke-20 di Amerika Serikat.
Dalam pandangannya, perilaku yang dapat diamati dan dikuantifikasi memiliki
maknanya sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa
mental yang mendasarinya.
2.2 Sejarah Psikologi Behaviorisme
Awal
mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan gerakan ini
secara formal diawalioleh seorang psikologAmerika bernama John Broadus
Watson (1878-1958) dengan makalahnya berjudul “Psychology as the
Behaviorist Views It” dan dipublikasikan pada tahun 1913.Watson mengusulkan
peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi
bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang
dapat diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu
pengetahuan psikologi.Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi
perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif
dan objektif dan pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam
psikologi Amerika
Psikologi behaviorismesebagai
disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli
lingkungan.Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi
perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip
asosiasi.Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristikyang secara
umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke tentang
kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan.
Psikologi behaviorisme juga
berfundamental pada refleksiologi.Meskipun penelitian tentang perolehan refleks
dilakukan sebelum diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini
sebagian besar dilakukan oleh peneliti berkebangsaan Rusia seperti
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).Tetapi kelompok ilmuwan Rusia
tersebut memberikan dampak besar bagi behaviorisme setelah publikasi
tulisan-tulisan Watson dan berperan sebagai kekuatan untuk memperluas formulasi
aslinya.
2.3 Tokoh-Tokoh Psikologi
Behaviorisme
Di bawah ini merupakan tokoh-tokoh yang
mempunyai pandangan terhadap Psikologi Behaviorisme, antara lain :
1.
JOHN
WATSON
John Watson
lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Setelah memperoleh gelar master
dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900,
ia menempuh pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya adalah
pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia
memutuskan menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan
studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya.
Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi direktur lab
psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai
‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.
Dalam karyanya ini Watson menetapkan
dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
a. Psikologi
adalah cabang eksperimental dari natural science.
Posisinya setara
dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di
dalamnya.
b. Sejauh ini
psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science.
Salah satu
halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek
psikologi. Oleh karenanya kesadaran atau mind harus dihapus dari ruang lingkup
psikologi.
c. Obyek
studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
Pandangan
Utama Watson
1.
Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R
Psychology)
Yang dimaksud dengan stimulus adalah
semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon
adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari
tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar.
Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned.
2.
Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan)
sebagai penentu perilaku
Perilaku manusia adalah hasil
belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang
sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian
pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh
faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3.
Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson
sederhana saja
Baginya, mind mungkin saja ada,
tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan
ilmiah. Jadi, bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya
mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul
atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para
tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini
sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi
penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini
di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme
justru menjadi populer.
4.
Sejalan dengan fokusnya terhadap
ilmu yang obyektif, makapsikologi harus menggunakan metode empiris
Dalam hal ini metode psikologi
adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
5.
Secara bertahap Watson menolak konsep insting
Mulai dari karakteristiknya sebagai
refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan
akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak,
dan lain-lain.
6.
Konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam
pandangan Watson,
juga bagi tokoh behaviorisme lainnya.
Habits yang merupakan dasar perilaku
adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan
frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of
effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia
menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori
belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak
Thorndike salah.
7.
Pandangannya tentang memory membawanya pada
pertentangan dengan William James
Menurut Watson apa yang diingat dan
dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan atau dilakukan. Dengan
kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah
kebutuhan.
8.
Proses thinking and speech terkait erat.
Thinking adalah subvocal talking.
Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat
disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat
diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
9.
Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang
mengaturnya.
Jadi, psikologi adalah ilmu yang
bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli
dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan
kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam
psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen
terkontrol.
2.
BURHUSS
FREDERICK SKINNER
B.F.
SKINNER kebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behaviorisme dengan pendekatan
model intruksi langsung dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operant conditioning. Dimana operant conditioning ini diartikan sebagai suatu
proses perilaku operant (penguatan positif dan negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.
Pertama
kita perlu mengetahui apa arti dari Behaviorisme.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.
Pernyataan
yang dikemukankan oleh Skinner setelah melakukan
percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
Behaviorisme
ingin menganalisis bahwa prilaku yang tampak saja yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan. behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan
pada dasarnya manusia tidak membawa apa-apa. Manusia akan berkembang
berdasarkan stimulus yang diterimannya dari lingkungan sekitarnya. “LINGKUNGAN YANG BURUK AKAN MENGHASILKAN
MANUSIA BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA BAIK”.
3.
EDWARD
LEE THOMDIKE (1874-1949 )
Menurut Thomdike belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang
disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dari eksperimen kucing lapar yang
dimasukkan dalam sangkar diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara
stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat
serta melalui usaha (trials) dan kegagalan (error) terlebih dahulu.Oleh karena
itu teori belajar ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau
teori asosiasi.
Thomdike mengemukakan bahwa
terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon mengikuti hukum-hukum betikut:
a. Hukum kesiapan yaitu semakin siap
organisme memperoleh perubahan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum akibat yaitu hubungan stimulus
respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah
jika akibatnya tidak memuaskan.
c. Hukum latihan yaitu semakin sering
tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
4.
IVAN
PETROVICH PAVLOV (1849-1936)
Pavlov
meraih penghargaan Nobel dalam bidang psikology or medicine pada tahun
1904.Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi
behavioristik di Amerika.Classic conditioning (pengkondisian ) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Pavlov mengadakan
operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari
luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah air liurnya.
Kini sebelum makanan diperlihatkan maka yang diperlihatkan adalah sinar merah
terlebih dahulu baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar juga.
Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui
cara mengganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan , sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
5.
ROBERT
GAGNE (1916-2002)
Menurut Gagne, belajar dimulai dari
paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada yang lebih kompleks sampai
pada tipe belajar yang lebih tinggi dan prakteknya tetap mengacu pada asosiasi
stimulus-respon.
6.
ALBERT
BANDURA (1925-SEKARANG)
Teori belajar social Bandura
menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi
emosi orang lain. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang
digunakan dalam berbagai pendidikkan secara masal.
2.4 Terapi Tingkah Laku
(Behavioristik)
Terapi tingkah laku adalah pendekatan penerapan aneka
ragam teknik dan prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar
dalam usaha melakukan pengubahan tingkah laku.Dalam penyelesaian masalah,
kondisi masalah harus dispesifikkan.Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak di
gunakan karena penekanannya pada perubahan tingkah laku dimana tingkah laku
tersebut bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur.[1]
1.
Pandangan Dasar
Sebelum kita
mengulas tentang proses dan penerapan dari terapi ini, kita perlu tahu
pandangan dasar dari terapi ini pada manusia itu sendiri. Dimana landasan
pijakan terapi tingkah laku ini yaitu pendekatan behavioristik, pendekatan ini
menganggap bahwa “Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan
sosial budayanya.Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari”.Ini merupakan
anggapan dari behavioristik radikal. Namun behavioristik yang lain yaitu
behavioristik kontemporer, yang merupakan perkembangan dari behavioristik
radikal menganggap bahwa setiap individu sebenarnya memiliki potensi untuk
memilih apa yang dipelajarinya. Ini bertentangan dengan prinsip behavioris yang
radikal, yang menyingkirkan kemungkinan individu menentukan diri. Namun,
meskipun begitu, kedua behaviorisme ini tetap berfokus pada inti dari
behaviorisme itu sendiri yaitu bagaimana orang-orang belajar dan
kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.
Pendekatan tingkah laku memiliki ciri yang unik yang
membedakannya dengan pendekatan yang lain, yaitu:
a) Perhatian lebih berpusat pada tingkah
laku yang tampak
b) Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan
treatment
c) Perumusan prosedur treatment yang
spesifik yang sesuai dengan
masalah
d) Penaksiran objektif atas hasil-hasil
terapi
Jadi pada dasarnya, tujuan terapi ini adalah memperoleh tingkah laku
baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan
mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
2.
Proses Terapi
a. Tujuan terapi
Tujuan umum yaitu menciptakan kondisi baru untuk
belajar.Dengan asumsi bahwa pemeblajaran dapat memperbaiki masalah
perilaku.Sedangkan terapi perilaku kontemporer menekankan peran aktif klien dalam
menentukan tentang pengobatan mereka.
b. Fungsi dan peran terapis
Terapis behavior harus memainkan peran aktif dan
direktif dalam pemberian treatment yaitu dalam penerapan pengetahuan ilmiah
dalam memecahkan masalah-masalah para kliennya.Secara khasnya, terapis
berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang
maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan
mengarah pada tingkah laku yang baru.Fungsi penting lainnya adalah peran
terapis sebagai model bagi klien. Bandura mengungkapkan bahwa salah satu proses
fundamental yang memungkinkan klien bisa mempelajari tingkah laku baru adalah
imitasi atau pencontohan sosial yang disajikan oleh terapis. Karena klien
sering memandang terapis sebagai orang yang patut diteladani, klien sering kali
meniru sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, dan tingkah laku
terapis. Jadi, terapis harus menyadari peranan penting yang dimainkannya dalam
proses identifikasi dari klien. Terapis yang tidak menyadari kekuatan yang
dimilikinya dalam mempengaruhi dan membentuk cara berpikir dan bertindak
kliennya, berarti terapis mengabaikan arti penting kepribadiannya sendiri dalam
proses terapi.
c. Pengalaman klien dalam terapi
Pengalaman klien dalam terapi sangat mempengaruhi
keberhasilan terapi. Dimana bila klien tidak mau diajak bekerja sama atau aktif
maka tipis kemungkinan keberhasilan dari terapi.
d. Hubungan antara terapi dan klien
Hubungan antara terapi dan klien memberi kontribusi
yang signifikan bagi proses perubahan perilaku. Sehingga terapis dituntut
memilki skill yang tinggi dalam membangun rapport pada klien.
3. Penerapan Terapi : Teknik dan Prosedur
1)
Training Relaksasi, merupakan teknik untuk menanggulangi stress yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang mana seringnya dimanifestasikan
dengan simtom psikosomatik, tekanan darah tinggi dan masalah jantung, migrain,
asma dan insomnia. Tujuan metode ini sebagai relaksasi otot dan mental.Dalam
teknik ini, klien diminta rileks dan mengambil posisi pasif dalam lingkungannya
sambil mengerutkan dan merilekskan otot secara bergantian.Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menarik nafas yang dalam dan teratur sambil membanyangkan
hal-hal yang menyenangkan.
2)
Desensitisasi Sistemik, merupakan teknik yang cocok untuk menangani
fobia-fobia, tetapi juga dapat diterapkan pada penanganan situasi penghasil
kecemasan seperti situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian,
ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi, kecemasan-kecemasan neurotik serta
impotensi dan frigiditas seksual. Teknik ini melibatkan relaksasi dimana klien
dilatih untuk santai dan keadaan-keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman
pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi.Situasi-situasi
dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang
sangat mengancam.Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan
secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai
kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan
tersebut terhapus.
3) Latihan
Asertif, merupakan teknik terapi yang menggunakan prosedur-prosedur
permainan peran dalam terapi. Latihan asertif ini akan membantu bagi
orang-orang yang:
a.
Tidak mampu mengungkapkan kemarahan/perasaan tersinggung
b.
Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain
untuk mendahuluinya
c.
Memiliki kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’.
d.
Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif
e.
Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri.
Fokus terapi ini adalah mempraktekkan kecakapan-kecakapan bergaul yang
diperoleh melalui permainan peran sehingga individu-individu diharapkan mampu
mengatasi ketidakmemadaiannya dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan dan
pikiran-pikiran mereka secara terbuka disertai kenyakinan bahwa mereka berhak
untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu.
4) Pencontohan
(modelling methods), melalui proses pembelajaran observasi, para klien
dapat belajar untuk melakukan tindakan-tindakan yang diinginkan tanpa proses
belajar trial-and-error. Teknik dapat dilakukan untuk memodifikasi perilaku.
Contohnya, seseorang yang takut ular, maka ketakutannya dapat dihilangkan atau
direduksi dengan melihat orang lain yang tidak takut menghadapi ular.
5) -
Self-Management Programs, Teknik ini mencoba menyatukan unsur kognitif
dalam proses perubahan perilaku, dengan asumsi bahwa klienlah yang paling tau
apa yang mereka butuhkan. Konselor yang mempertimbangkan apakah sesi terapi
berjalan baik atau tidak, disini konselor merupakan mediator.
-
Self-Directed Behavior, merupakan teknik dimana perubahan perilaku
diarahkan pada diri klien itu sendiri. Klienlah harus merasa bahwa terapi ini
penting untuk mengatasi masalahnya.Contohnya, dalam masalah obesitas.Hal yang
dapat dilakukan yaitu misalnya meminta klien untuk menuliskan program perubahan
dirinya dalam diari. Jam berapa dan berapa kali ia akan makan. Jika ia tidak
berhasil, ia harus menuliskan perasaan dan sebab-sebab hal tersebut didalam
diarinya. Atau jika program telah dijalankan, klien dapat memberikan hadiah
untuk dirinya sendiri misalnya pergi shopping.
6) Multimodal
Terapi, didasarkan pada asumsi bahwa semakin banyak pengetahuan yang
didapatkan klien selama terapi maka akan semakin sedikit kemungkinan klien akan
mengalami masalah lamanya. Teknik ini menggunakan pendekatan BASIC ID
(behavior, affective respons, sensations, images, cognitions, interpersonal relationships,
dan drugs/biology).
2.5 Aplikasi Teori Behaviorisme
Terhadap Pembelajaran Siswa
Dalam pembelajaran terhadap siswa,
Psikologi Behaviorisme dapat diaplikasikan dengan cara sebagai berikut :
·
Guru menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru
·
Guru tidak banyak memberikan
ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan
sendiri maupun simulasi
·
Bahan pelajaran disusun secara hierarki
dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
·
Pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati
·
Kesalahan harus segera diperbaiki
·
Pengulangan dan latihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
·
Evaulasi atau penilaian didasari
atas perilaku yang tampak
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi Behaviorisme adalah ilmu
pisokologi yang mempelajari tentang tingkah atau perilaku manusia. Dengan kita
mempelajarinya kita dapat mengetahui tentang hal ini. Dan tingkah laku
seseorang salah satunya terbentuk karena proses meniru dan tingkah laku
seseorang akan terbentuk sama dengan lingkungan dimana orang itu berada. Karena
lingkungan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Seperti kata Skinner bahwa
“Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik
akan menghasilkan manusia baik”. Dan tokoh-tokoh Psikologi Behaviorisme adalah
John Watson, Thomdike, Pavlov, Gagne, dan Albert Bandura.
3.2 Saran
-
Sebaiknya kita harus mempelajari
Psikologi Behaviorisme lebih mendalam lagi, agar mengetahui ilmu tentang
tingkah laku
-
Untuk menjadi manusia yang baik,
perhatikan kondisi lingkungan sekitar
-
Jangan terlalu terpengaruh oleh hal-hal
buruk yang berada disekitar kita
-
Jadilah manusia yang baik dengan cara
mengajak lingkungan yang tidak baik menjadi baik dan tidah mudah terpengaruh
DAFTAR
PUSTAKA
Tanu, S. (2008). How To Create A Superbaby. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana
Indonesia
Corey,
Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
PT
Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar